TRENGGALEKPEDIA.COM - Wayang adalah kesenian bernilai tinggi khas masyarakat Jawa yang berkembang sejak zaman Walisongo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ditilik dari estetikanya, wayang memiliki corak khas yang paten dengan kerumitan tersendiri dalam proses pembuatannya. Pasutri itu bernama Susmedi (85) dan Sri Supatmi (77), pengrajin wayang asal kota Malang yang beralamatkan di Jalan Peltu Sujono, gang Anggrek, no. 10 RT 12 / RW 02 Kelurahan Ciptomulyo, Kota Malang, Jawa Timur. Susmedi menekuni kerajinan wayang sejak tahun 1989. Atas dasar suka dan mengembangkan bakatnya di dunia seni wayang, pasutri tersebut memiliki ratusan wayang yang telah dihasilkan dari tangan kreatifnya. Pensiunan TNI AD tahun 1989 ini membuat wayang berbahan dasar kulit dan juga karton. Wayang kulit adalah wayang asli yang digunakan untuk pertunjukan wayang, sedangkan wayang karton menjadi hiasan apik para pecinta kesenian wayang. Harga wayang kulit lebih tinggi dari wayang karton ditinjau dari bahan dan keotentikan polanya, serta proses pembuatan wayang kulit memakan waktu lebih lama dari wayang karton. Bahan dasar wayang kulit adalah kulit sapi yang dijemur selama satu hari, kemudian dikerok menggunakan kapak dan digosok hingga halus dan tipis. Setelah kulit tipis, langkah berikutnya adalah penggambaran pola dan motif wayang sesuai dengan standar wayang di seluruh Indonesia. Kemudian kulit dipahat sesuai ukiran khas wayang, diberi warna, kemudian proses terakhir yaitu pemasangan kayu di tubuh wayang. Susmedi membandrol hasil kerajinan wayang kulit nya mulai dari 250 ribu hingga 500 ribu rupiah per bujinya. Sedangkan wayang karton dijual dengan harga 50-100 ribu “Harga menyesuaikan ukuran wayang,” terang bapak 6 anak tersebut. Pada proses pembuatan wayang ini, Susmedi berbagi tugas dengan sang istri. Proses penggambaran pola dan memahat wayang dilakukan oleh Susmedi, sedangkan sang istri bertugas mengecat wayang. Walaupun pasutri ini sudah tidak lagi muda, namun kegigihan dan kejelian dalam mengrajin wayang tetap tidak tertandingi. Mereka mengerjakan pekerjaan ini untuk mengisi waktu luang setelah pensiun dan juga untuk menunjang perekonomian di hari tua. Dengan kesibukan ini mereka tetap sehat dan terhindar dari penyakit seiring bertambahnya usia. Ia berpesan “Tetaplah berusaha dan berkarya, namun jangan lupa untuk berdoa,” tutur Susmedi mengakhiri.