Modal Nekat, Budidaya Jamur Tiram dari Puluhan Kini jadi Ratusan Baglog

- 2 Maret 2021, 22:24 WIB
Ilustrasi: Petani memanen jamur tiram di kawasan Dusun Sumberan, Balas Klumprik, Surabaya.
Ilustrasi: Petani memanen jamur tiram di kawasan Dusun Sumberan, Balas Klumprik, Surabaya. /Julian

TREANGGALEKEPDIA.COM – Budidaya jamur tiram menjadi salah satu bisnis rumahan yang menggiurkan. Sebab permintaan jamur tiram tidak pernah surut, jamur tiram biasanya menjadi bahan olahan beraneka macam kuliner.

Selain itu, jamur tiram juga kaya akan manfaat, jamur ini mengandung vitamin C dan zat besi yang berperan untuk menjaga daya tahan tubuh. Juga bermanfaat melindungi kerusakan sel.

Sayangnya sejak Covid-19 pada 2020 lalu, segala lini ekonomi ikut terhantam. Termasuk budidaya jamur tiram.

Baca Juga: 10 Juta Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia Hari ini, PT Bio Farma Siap Memproses untuk Bakal Vaksin Covid-19

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Tentang Wanita Leo, Salah Satunya Memiliki Jiwa Seni

Meskipun demkian, Muhamad Shaifudin (27), asal Desa/Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, justru mengawali  budidaya jamur tiram bersamaan dengan datangnya wabah Covid-19.

Bermula dari coba-coba membudidayakan  sekitar 25 baglog jamur tiram, kini Shaifudin telah membudidayakan ratusan baglog jamur tiram.

“Dulu saya hanya mencoba membeli 25 baglog (media jamur) dengan harga per baglog Rp2 ribu. Sekarang sudah 600 baglog jamur tiram,” kata Shaifudin kepada Trenggalekpedia.com , Selasa, 2 Maret 2021.

Menurut Shaifudin awal mula membudiyakan jamur tiram terbentur banyak kendala. Orangtuanya sempat tidak setuju dengan rencana budidaya jamur tiram itu. "Takut rugi," akunya.

Baca Juga: Turnamen Pramusim Klub Juara Dapat Hadiah Rp2 Miliar, Wasit Terbaik Rp50 Juta

Selain itu, Shaifudin juga sempat kerepotan dengan tempat budidaya karena membutuhkan tempat yang luas. “Tapi saya punya tekad yang kuat untuk mengembangkan bisnis ini," tambahnya.

Ketika budidaya jamur tiram sudah berjalan, Shaifudin mengatakan, ternyata sistem budidaya jamur tiram cukup mudah.

“Media yang saya perlukan hanya menyiapkan beberapa grajen (serbuk kayu), bekatul, gamping,” kata Shaifudin.

Baca Juga: Sempat Dikabarkan Positif Covid-19, Rina Gunawan Meninggal Dunia Petang Tadi

Media tersebut, menurut Shaifudin, bisa didapatkan di sekitar rumah. Meskipun di masa Covid-19, dia tetap gigih membudiayakan jamur tiram.

Aturan protokol kesehatan Covid-19 yang membatasi kegiatan sosial, tak membuat Shaifudin menyerah. Kini dia berjualan melalui media sosial.

“Untuk sistem pemasarannya sendiri, saya melakukan berbagai cara untuk ditempuh melakukan secara offline juga online, secara online saya menggunakan media Instagram, Facebook ads, YouTube,” kata Shaifudin.

Baca Juga: Cara Mengecek Saldo Kartu Prakerja Gelombang 12 di Dashboard www.prakerja.go.id

Tak hanya membudidayakan jarum tiram yang berwarna putih, kini Shaifudin juga sedang membudiayakan jarum tiram coklat.

Menurutnya perawatan jamur tiram coklat, tidak jauh berbeda dengan jamur tiram putih. Bedanya harga jual jamur tiram coklat lebih mahal.

“Jamur tiram coklat punya rasa yang khas, jamur tiram coklat juga mempunyai harga yang berbeda dibanding jamur tiram putih,” pungkas Shaifudin.***

Editor: Rendi Mahendra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah