TRENGGALEKPEDIA.COM – Memasuki Bulan juni ini ada sebuah karya sastra yang legendaris dari sang pujangga terkemuka di Indonesia, Hujan Bulan Juni.
Hujan Bulan Juni merupakan salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono, ia salah seorang seniman dan pujangga Indonesia yang karyanya begitu popular baik di kalangan sastrawan maupun orang awam.
Puisi Hujan Bulan Juni ini memiliki keunikan, dimana dalam rangkaian puisi ini tidaklah mengandung kata-kata majas yang indah, namun malah mengandung kata-kata umum namun memiliki makna yang sangat menyentuh dan memikat.
Puisi Bulan juni ini juga menggambarkan bagaimana Sapardi Djoko Damono dalam merangkai puisi. Seperti yang dikutip dari di laman Kemendikbud, puisi-puisi Sapardi Djoko Damono terkenal dengan penggunaan kata-kata yang sederhana, namun memikat.
Hal tersebut sangat tergambarkan dalam puisi Hujan Bulan Juni ini.
Sapardi Djoko Damono sendiri sudah menggandrungi dunia kepenulisan dan sastra sudah sejak sekolah menengah.
Baca Juga: Memperingati Hari Kartini, Berikut Adalah 3 Puisi Khusus Hari Kartini
Kecintaannya terhadap sastra dan kepenulisan ini semakin kuat dan berkembang tatkala ia melanjutkan studinya di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Sepanjang sejarahnya ia bergulat dengan dunia sastra dan kepenulisan Sapardi Djoko Damono sudah meninggalkan karya sastra lebih dari 30 karya sastra yang sangat populer.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari Hujan Bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari Hujan Bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari Hujan Bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Puisi Hujan Bulan Juni ini memiliki makna yang cukup dalam, yang berkaitan dengan ketabahan dan kesabaran sebuah kasih sayang.
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, dalam larik “Tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni” memiliki sebuah makna yang menggambarkan kasih sayang.
Dari kata tersebut Supardi ingin menggambarkan ketabahan dari hujan yang tak turun kebumi di bulan juni.
Bulan Juni sendiri pada umumnya telah memasuki musim kemarau, sehingga wajahnya pada bulan juni ini tidak ada hujan yang turun.
Hal ini artinya mengarah pada ketabahan, kesabaran seseorang untuk menyampaikan saying dan rindunya pada orang yang sangat dicintai.
Sementara larik sajak “Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni” menyiratkan makna ketabahan dalam bertahan nyatakan sayang dan rindunya.
Sedangkan pada sajak “Dihapusnya jejak jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu” sebuah keinginan menghapus keraguan dengan prasangka jelek dalam sebuah penantian.
Untuk larik terakhir “Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni” ini memiliki makna dia pintar dalam hal menyimpan, menyembunyikan rasa sayang dan rindunya kepada orang yang dia cintai.
Hujan Bulan Juni juga pernah diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun 2017 dengan judul yang sama dengan puisinya. Film adaptasi tersebut juga dibintangi oleh salah satu aktor ternama Indonesia, Adipati Dolken dan Velove Vexia.
Nah, itu lah teks puisi dan makna dari Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono. Sekian semoga bermanfaat.***