Sejarah Peringatan Hari Oeang Tanggal 30 Oktober 2023: Pernah Dicetak di Ponorogo?

- 30 Oktober 2023, 09:46 WIB
Sejarah Peringatan Hari Oeang Tanggal 30 Oktober 2023: Pernah Dicetak di Ponorogo?
Sejarah Peringatan Hari Oeang Tanggal 30 Oktober 2023: Pernah Dicetak di Ponorogo? /Twibbonize @MEDIABRITA

TRENGGALEKPEDIA.COM – Artikel ini berisi tentang tanggal 30 Oktober 2023 yang diperingati sebagai Hari Oeang.

Kenapa diperingati sebagai Hari Oeang? Apakah pernah dicetak di Ponorogo? Begini sejarahnya.

Pada tanggal 30 Oktober 1946 Oeang Republik Indonesia yang disingkat ORI mulai beredar ke masyarakat luas.

Pada saat itu selain sebagai alat bayar untuk transaksi, ORI pun saat itu digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai simbol kedaulatan negara.

Bersumber dar lama resmi Kementrian Keuangan, sebelum ORI diterbitkan pada awal kemerdekaan RI, setidaknya ada 4 mata uang yang berlaku di Indonesia.

4 di antaranya yang 3 dikeluarkan oleh Jepang dan yang satu adalah mata uang peninggalan Pemerintah Hindia Belanda.

Sebagai informasi, pada saat itu dengan adanya 4 mata uang yang beredar malah membuat Indonesia rugi.

Dengan begitu, salah satu anggota badan pengurus komite nasional Indonesia bernama Sjafruddin Prawiranegara memberikan usulan kepada bung Hatta terkait kebijakan mata uang.

Sjafruddin Prawiranegara mengusulkan agar Indonesia mengeluarkan mata uang sendiri sebagai salah satu atribut negara yang merdeka dan yang berdaulat.

Dengan sangat sigap, mentri keuangan pada saat itu yakni A.A. Maramis langsung menindaklanjuti usulan tersebut.

A.A. Maramis berusaha dengan sangat cepat dan terburu, sebab saat itu di akhir tahun 1945 ada tentara sekutu yang sudah datang ke Indonesia.

Dengan begitu maka A.A. Maramis memberikan instruksi kepada serikat buruh Percetakan G Kolff Jakarta untuk bergerak ke beberapa tempat di Jakarta, di Malang, di Solo, dan di Yogyakarta guna mencari percetakan.

Seluruh percetakan G Kolff yang ada di Jakarta yang memiliki pengalaman dalam urusan mencetak keuangan dan beberapa percetakan lainnya kesulitan mendapatkan bahan dan alat.

Selain itu tim yang dibentuk oleh A.A. Maramis juga mengalami kesulitan lain yakni terjadinya pertempuran antara Indonesia dan Sekutu.

Dengan begitu banyak jalan yang ditutup dan telah dikuasai oleh tentara sekutu.

Kemudain selanjutnya A.A. Maramis membentuk sebuah Panitia Penyelenggara Pencetakan Uang Kertas Republik Indonesia tanggal 7 November 1945.

Panitia tersebut diketuai oleh T.R.B. Sabarudin yang pada saat itu sedang menjabat sebagai Direktur Bank Rakyat Indonesia.

Sedangkan anggota dari kepanitiaan tersebut terdiri dari pegawai Departemen Keuangan, Bank Rakyat Indonesia, serta Serikat Buruh Percetakan G Kolff.

Panitia bekerja cukup baik, panitia berhasil mencetak ratusan Rim lembaran uang 100 Rupiah yang diawali dari jam 07.00 hingga 22.00.

Litografinya dibuat di Percetakan De Unie. Pelukis pertama ORI adalah Abdulsalam dan Soerono. Namun begitu, uang yang telah dicetak tersebut belum sempat diberi nomor seri sebab situasi keamanan di Jakarta semakin memburuk.

Sebab keadaan yang semakin memburuk akhirnya pemerintah harus berpindah ke Yogyakarta tanggal 14 Januari 1946.

Selama perpindahan tersebut proses percetakan uang dihentikan sementara waktu.

 Lalu proses cetak uang diabil alih oleh percetaka NIMEF yang ada di Malang dan juga percetakan swasta lain yang ada di Solo, Yogyakarta, dan juga Ponorogo.

Tempat-tempat tersebut dipilih sebab relatif aman karena berada di bawah kekuasaan RI.

Selama proses pencetakan ORI, Pemerintah Indonesia sanagt menjaga laju inflasi dengan cara menarik mata uang Hindia Belanda dan Jepang dari wilayah Indonesia.

Di lain sisi, tantara NICA berusaha menghambat penerbitan ORI, NICA mengawasi distribusi bahan uang, dan bahkan menyebarkan uang NICA di tanggal 6 Maret 1946.

Namun jarang yang memakai uang NICA sebab seruan pemerintah hanya menggunakan uang Jepang, akhirnya NICA merosot dan ORI mulai diedarkan pada tanggal 30 Oktober 1946.***

Editor: Dani Saputra


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x