Network
TRENGGALEKPEDIA.COM - Bintang sinetron Andriani Marshanda, saat ini bertransformasi jadi motivator.
Aktivitas memotivasi orang lain serta menyadarkan berartinya kesehatan mental sudah Marshanda geluti semenjak dikala jadi istri aktor Ben Kasyafani.
Bukan rahasia lagi, dia juga pernah menempuh penyembuhan selaku penyandang kendala bipolar, sehabis video ekspresifnya viral dekade kemudian.
Terungkap, suatu cerita getir dirasakan di masa kecilnya, jadi salah satu cedera batin yang merangsang kebutuhan pemulihan kesehatan mental kala dia berusia.
Baca Juga: Izinkan Anaknya Nonton Film Porno, Yuni Shara Tidak Segan Apabila Harus Nonton Bersama-sama
Marshanda, perempuan berumur 31 tahun ini mengenang, sesungguhnya banyak peristiwa mengasyikkan yang dirasakan ia bersama bapak serta ibunya.
Sesederhana menyaksikan kartun bersama masing- masing minggu serta sempat bepergian bersama.
“Everything was fine.”
“Hingga antara gue umur 6 tahun, gue mulai inget kalau di masa itu terdapat kasus antara bokap serta nyokap. Hingga dikala itu bersinambung 2- 3 tahunan lah, serta gue kerap melihat konflik di antara mereka.”
Baginya, kala itu Marshanda kecil telah merasakan tekanan pikiran serta kesedihan mendalam akibat konflik ibu dan bapaknya.
Baca Juga: Cobalah, Ini 5 Langkah Mengawali Bisnis Baru tetapi Belum Memiliki Modal
Hingga saat ini, akibatnya dia juga merasakan impitan dalam dada, kala mendengar suara peperangan di film.
Marshanda memposting video terbarunya bertajuk “INNER CHILD HEALING” buat mengupas pemulihan cedera batin masa kecil, supaya tidak mengulang pola yang sama untuk anak- anak di masa mendatang.
Mantan pacar Egi John ini juga tidak sungkan mengungkit kalau kedua ibu dan bapaknya berpisah kala dia kecil sehabis konflik berkelanjutan.
Tidak hanya di rumah, Marshanda pun merasakan kepahitan jadi korban bullying di sekolah.
Baca Juga: Istri Almarhum Denny Sakrie Buka Suara Soal Dugaan Pelecehan Rian DMasiv pada Si Putri
Ini menampilkan ketimpangan sebab Marshanda telah jadi bintang iklan serta sinetron semenjak dia berumur 5 tahun, tetapi kala di sekolah dia malah merasa ditolak serta diabaikan sahabat sepergaulannya.
Ia mengaku sakit hati sekali, tiap dikala diejek, tidak diajak, serta mengabaikan keberadaannya.
Baginya, dikala kecil dia menikmati kegiatan yang sesungguhnya sesuai buat orang berusia tersebut, lantaran merasa dihargai.
Alih- alih merasa dieksploitasi selaku pekerja yang wajib berkarier di umur yang sangat muda, Marshanda malah menciptakan tempat yang merasanya berarti.***
