Profil Ajip Rosidi, Sastrawan Indonesia dengan Sederet Karya

- 14 April 2022, 07:07 WIB
Ajip Rosidi  sastrawan terkenal di Indonesia kelahiran Jatiwangi Cirebon, Jawa Barat, pada 31 Januari 1938.
Ajip Rosidi sastrawan terkenal di Indonesia kelahiran Jatiwangi Cirebon, Jawa Barat, pada 31 Januari 1938. /Instagram @elgasanimahesaa

TRENGGALEKPEDIA.COM - Ajip Rosidi adalah seorang sastrawan terkenal di Indonesia. Ia lahir di Jatiwangi pada 31 Januari 1938 tepatnya di Cirebon, Jawa Barat.

Selain seorang sastrawan, Ajip Rosidi juga dikenal sebagai penulis, budayawan, dosen, pendiri dan redaktur beberapa penerbit serta sebagai ketua Yayasan Kebudayaan Rancage.

Saat berusia 2 tahun orang tuanya bercerai sehingga Ajip Rosidi diasuh oleh neneknya (dari pihak ibu), kemudian oleh pamannya (dari pihak ayah) yang tinggal di Jakarta.

Ia hidup sederhana bahkan terkesan miskin, kendati demikian hal tersebut justru menjadi motivasi untuk memperbaiki kehidupnnya hingga ia mampu berhasil dan mengembangkan karirnya dibidang sastra; baik sastra Indonesia maupun sastra Sunda.

Baca Juga: Biografi Sayuti Melik Pengetik Naskah Proklamasi, Seorang Aktifis Pers yang Pernah Masuk Penjara

Ketika berusia 17 tahun beliau menikah dengan Patimah dan dikaruniai 6 orang anak, yakni Nunun Nuki Aminten, Titi Surti Astiti, Uga Perceka, Nundng Rundagi, Rangin Sembada da Varitis Nitrit.

Ajip Rosidi mengawali pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) kemudian melanjutkan ke Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956).

Ia tidak tamat SMA dan memiliki ijazah menengah, tetapi beliau mampu mengajar sebagai dosen di Perguruan Tinggi Indonesia sejak tahun 1967 serta mengajar di Jepang.

Karena pengetahuannya dalam Bahasa Jepang ini,  ia bergerak dibidang penerbitan buku terjemahan Bahasa Jepang.

Pada 31 Januari 2011, Ajip Rosidi menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjajaran.

Awalnya ia aktif menulis karya dalam Bahasa Indonesia baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional maupun internasional.

Ia menyampaikan pandangan mengenai politik berupa artikel dan ceramah, serta menulis biografi tokoh politik maupun seniman.

Ajip Rosidi merupakan salah satu tonggak sejarah dalam sastra Indonesia dan sastra Sunda.

Sejak mengumumkan karyanya pada tahun 1952 sampai tahun 1983, tercatat bahwa Ajip Rosidi adalah pengarang sajak da cerita pendek paling produktif dengan 326 judul karya yang dimuat dalam 22 majalah.

Bahkan sejak SMP Ajip telah menekuni bidang menulis dan karya-karyanya dimuat pada majalah Mimbar Indonesia, Siasat, Gelanggang, & Keboedajaan Indonesia, ia juga menerbitkan dan menjadi editor serta pemimpin majalah Suluh Pelajar (1953-1955).

Ia juga menjadi pemimpin redaksi Mingguan Sunda (1955-1967), pemimpin redaksi majalah Kebudayaan Jawa Jaya (1968-1979), pendiri penerbit Pustaka Jaya (1971). 

Ajip Rosidi mendirikan dan memimpin Proyrk Penelitian dan Folklor Sunda (PPP-FS) tahun 1970-1973. Dan menabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1972-1981).

Selaoin itu, Ajip bersama teman-temannya mendirikan penerbit Kiwari (1962) di Bandung, penerbit Cupumanik (Tjupumanik) (1964) di Jatiwangi, Duta Rakyat (1965) di Bandung, Pustaka Jaya (1971) di Jakarta, Grimukti Pasaka (1980) di Jakarta, dan Kiblat Buku Utama (2000) di Bandung.

Ia terpilih menjadi Ketua IKAPI selama dua kali kongres pada taun 1973-1976 dan tahun 1976-1979. Ia juga menjadi anggota DKJ sejak awal tahun 1968, kemudian mejadi ketua DKJ pada tahun 1972-1981.

tak hanya itu, ia menjadi anggota BMKN tahun 1954 dan menjadi pengurus pleno (1956-1958) serta anggota Dewan Pmbina (kongres 1993) tetapi mengundurkan diri di tahun 1966. Menjadi salah satu pendiri dan Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975), juga menjadi salah satu pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996), salah satu pendiri Yayasan PDS H.B Jassin (1977).

Tahun 1981, Ajip diangkat mena]jadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka) serta mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daigaku (1982-1994).

Disamping itu, ia tetap aktif di bidang sastra-budaya dan social-politik di Indonesia dan tetap menulis karya.

Salah satu karyanya yang terkenal ialah buku Djeram : tiga kumpulan sajak berisi puisi ciptaan Ajip Rosidi. Buku ini terbagi menjadi tiga kumpulan sajak, yakni sajak-sajak hijau, kaki langit lain dan suatu saat dalam sejarah.***

Editor: Rendi Mahendra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x