Kembali Memanas, China Ketahuan Membangun Pangkalan Militer Besar-besaran di Laut Natuna Utara

21 Februari 2021, 21:05 WIB
Peta yang menunjukkan wilayah Laut China Selatan (Laut Natuna Utara). /CSIS Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) /

TRENGGALEKPEDIA.COM - Baru-baru ini, ketegangan antara China dan negara-negara sekitar Laut Natuna Utara kembali memuncak, pun dengan Indonesia.

Lantaran, China kepergok mendirikan pangkalan militer besar-besaran di pulau yang masih menjadi persengketaan itu.

Hal itu diketahui dari tangkapan citra satelit yang memperlihatkan aktivitas agresif oleh militer China di Laut Natuna Utara.

Sebagaimana diberitakan laman News Australia, China membangun pangkalan militer besar di pulau-pulau buatan yang kontroversial dan berada di perairan Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Pendaftaran Ditutup, Ada 27 Calon Anggota Komite Eksekutif Asprov PSSI Jatim

Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Ikatan Cinta 21 Februari 2021, Elsa akan Diseret ke Penjara?

Tentunya, aktivitas oleh Militer China itu membuat ketegangan di Laut Natuna Utara antara China dan negara-negara yang berada di perairan tersebut semakin meningkat.

Bahkan China tak ragu memperlihatkan keagresifannya dalam upaya merebut wilayah perairan Laut Natuna Utara yang selama ini disengketakan.

Selama ini China mengklaim kepemilikan perairan Laut Natuna Utara yang kaya akan sumber daya alamnya.

Baca Juga: Soal Perselingkuhannya dengan Nissa Sabyan, Ayus: Saya Mengaku Khilaf

Namun klaim China atas Laut Natuna Utara dipatahkan oleh PBB berdasarkan undang-undang laut internasional atau United Nations Convention for the Law of the Sea (UNCLOS).

China yang tak mundur sedikit pun sedikit demi sedikit mulai melanggar batas yang ditetapkan, sebagaimana dilansir Trenggalekpedia.com dari Pikiran-rakyat.com dalam artikel "Tertangkap Citra Satelit, China Kepergok Dirikan Pangkalan Militer Besar di Laut Natuna Utara"

Angkatan militer negeri tirai bambu tersebut bahkan mengerahkan pasukannya untuk selalu berlatih demi berjaga-jaga jika suatu saat terjadi peperangan.

Baca Juga: Banjir Jakarta, Jadwal Perjalanan KA di Daop 7 Madiun Terganggu hingga Dibatalkan

Belum lagi China baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang memperbolehkan penjaga laut mengambil aksi maupun menembaki kapal asing yang berani menjamah wilayahnya.

Tak hanya itu, China disebut telah memperbanyak peralatan canggih untuk mendukung kekuatan militer mereka.

Ketegangan semakin memuncak sejak munculnya kabar dari citra satelit yang menangkap pergerakan China yang begitu agresif.

Baca Juga: Resmi, Harga Cryptocurency Naik Tajam Efek Elon Musk Borong Bitcoin

Perbandingan lokasi pada 2020 (kiri) dan Februari 2021 (kanan).

Berdasarkan laporan dari perusahaan perangkat lunak geospasial Simularity, mereka menangkap tanda-tanda pembangunan infrastruktur seperti radar, antena, dan berbagai pendukung pangkalan militer di Mischief Reef, Laut Natuna Utara.

Dilihat dari atas, pangkalan militer tersebut terlihat seperti terumbu karang berbentuk cincin.

Pangkalan militer tersebut terletak 250 kilometer dari Filipina, dan daratan tersebut telah dikendalikan China sejak 1995.

Baca Juga: Kim Hyun Soo Debut Sebagai MC di 'Music Core'

Gambar dari citra satelit menunjukkan adanya konstruksi di tujuh area antara Mei 2020 hingga Februari 2021.

Sebuah gambar yang tertanggal 7 Mei 2020 memperlihatkan dengan jelas plot ruang kosong, yang saat ini ditempati oleh struktur silinder selebar 16 meter yang diklaim Simularity sebagai struktur pemasangan antena.

Pada gambar lain juga menunjukkan adanya struktur beton dengan kubah bulat, yang tak lain adalah penutup cuaca untuk melindungi antena dan radar.

Baca Juga: SPOILER! One Piece Episode 963: Pertemuan Epik Shirohige dan Oden

Simularity menyatakan bahwa kubah yang nampak tersebut adalah struktur radar tetap.

Dr Jay Batongbacal, Direktur Institute for Maritime Affairs Law of the Sea dari Universitas Filipina, mengatakan infrastruktur baru menunjukkan bahwa China sedang menggali di Laut Natuna Utara.

“Mereka pada dasarnya menambahkan peralatan lensa survei. Tampaknya radar sudah ada banyak di terumbu karang,” ujar Jay.

Baca Juga: 6 Resep Ramuan Jamu Tradisional ini Dipercaya Dapat Meningkatkan Daya Tahan Tubuh, Patut Dicoba!

“Penambahan radar baru tampaknya menunjukkan bahwa China benar-benar memperluas kemampuan pulau buayan ini,” katanya menambahkan.

Tentu peristiwa seperti ini bukan kali pertama, China memang kerap memicu ketegangan di Mischief Reef.

Pada 2016 lalu, Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa Mischief Reef atau Laut Natuna Utara berada di zona ekonomi eksklusif Filipina.***(Nopsi Marga/Pikiran Rakyat)

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: Pikiran Rakyat News Australia

Tags

Terkini

Terpopuler