Apa Itu Lampor dalam Kehidupan Masyarakat Jawa, Ki Prana Lewu: Anak Buah Nyi Blorong

19 Juli 2021, 10:52 WIB
Apa Itu Lampor dalam Kehidupan Masayarakt Jawa, Ki Prana Lewu: Anak Buahi Nyi… /tangkapan layar/

TRENGGALEKPEDIA.COM – Fenomena lampor beberapa waktu terakhir menyita perhatian publik dan warganet. Sebenarnya, apa itu lampor dalam kehidupan masyarakat Jawa?

Menanggapi kehebohan masyarakat tentang fenomena lampor, sebagai praktisi spiritual, Ki Prana Lewu menjelaskan sosok sebenarnya lampor.

Menurut Ki Prana Lewu, fenomena atau kepercayaan mengenai lampor terdapat dalam kehidupan budaya masyarakat Jawa.

“Masyarakat Jawa percaya bahwa lampor adalah sejenis iblis yang akan mengganggu umat manusia dengan berbagai macam versi yang akan dia (lampor) lakukan,” tuturnya, melalui video yang diunggah dalam kanal YouTube miliknya.

Ki Prana Lewu mengatakan, jika ada korban di suatu daerah dan dikaitkan dengan lapor, sebaiknya dilakukan investigasi dan observasi supaya tidak terjadi fitnah.

Baca Juga: Ritual Usir Pagebluk hingga Lampor Keranda Terbang, Mbah Mijan: Ruwatan

Ini lantaran, lampor sendiri diwujudkan sebuah keranda terbang dan bisanya muncul pada tengah malam.

Lampor, lanjutnya, akan berlalu lalang dan melewati beberapa kampung atau desa.

Keyakinan adanya lampor sendiri, sudah ada secara turun temurun dari zaman dahulu kala.

“Masyarakat Jawa sendiri percaya jika lampor merupakan anak buah dari Nyi Blorong,” ucapnya.

Nyi BLorong, kata Ki Prana Lewi, Nyi Blorong sendiri merupakan salah satu penguasa di seputaran luat, meskipun beda versi dari silsilah Ratu Pantai Selatan.

Menurut Ki Prana Lewu, kehadiran lampor atau anak buah Nyi Blorong ditandai dengan angin kencang yang berasal dari Laut Selatan.

Keyakinan tersebut, sambungnya, dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Mengapa demikian, karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat akan meminta orang-orang terdekatnya untuk masuk ke dalam rumah jika mendengar suara atau mengetahui tanda-tanda lampor,” jelasnya.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa zaman dulu, ini dilakukan supaya tidak didatangi oleh lampor.

“Menurut kepercayaan, orang yang didatangi lampor akan mengalami masalah bahkan musibah, seperti sakit yang berkepanjangan hingga meninggal dunia,” imbuhnya.

Salah satu cara untuk mengantisipasi kedatangan lampor, masyarakat Jawa zaman dulu membuat suara gaduh dengan memukul kentongan.

Tujuannya, lanjut Ki Prana Lewu, supaya lampor tidak memasuki kawasan atau lingkungan tempat tinggal masyarakat dan terhindar dari pagebluk.***

Editor: Okpriabdhu Mahtinu

Tags

Terkini

Terpopuler