Teater ini dimaksudkan untuk memberi gambaran konkrit tentang bagaimana beratnya perjuangan masa lalu pendahulu bangsa dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Peran santri, menurut pengasuh Pesantren Nurul Azhar, Iswahyudi, sangatlah besar. Santri ikut berjuang mengusir penjajah, bahkan para Kiai pesantren, pemimpin tarekat dan ulama adalah tokoh terdepan dalam memimpin perlawanan.
Baca Juga: Demi Pertanggung jawaban Pengetahuan, Komunitas Lingkungan di Ponorogo Menanam Pohon
Hal ini tidak saja terjadi pada tahun 1900-an, tetapi sejak tahun 1700-an silam. Para santri melalui instruksi kiai dan ulama bergerak di jalan Allah SWT mengusir kezaliman penjajah dan memperjuangkan semangat kemerdekaan.
Ternyata tidak hanya teater yang dilakukan untuk mengenang para pahlawan, tetapi juga dengan latihan mengisi kemerdekaan dengan cara mengadakan lomba-lomba yang bernuansa keilmuan dan penghilangan egoisme.
Baca Juga: Petilasan Suru Kubeng, Tempat Ki Ageng Kutu Membangun Kerajaan Barunya
Lomba bernuansa keilmuan seperti lomba sambung Jurumiyah, cerdas cermat tajwid dan lain-lain.
Sedangkan lomba penghilangan egoisme adalah lomba kebersamaan seperti estafet tepung, nyunggi tampah dan lain-lain.
Upacara di musim pandemi ini dilakukan oleh santri Nurul Azhar hanya terbatas santri, tidak ada unsur luar, kecuali para ustadz di lingkungan Pesantren.