Petilasan Suru Kubeng di Jetis Kabupaten Ponorogo, Tempat Ki Ageng Kutu Membangun Kerajaan Barunya?

- 18 Juni 2023, 18:44 WIB
Ilustrasi Petilasan Suru Kubeng di Jetis Kabupaten Ponorogo, Tempat Ki Ageng Kutu Membangun Kerajaan Barunya?
Ilustrasi Petilasan Suru Kubeng di Jetis Kabupaten Ponorogo, Tempat Ki Ageng Kutu Membangun Kerajaan Barunya? /

TRENGGALEKPEDIA.COM - Selain dikenal dengan budaya Reognya, Ponorogo juga dikenal sebagai tempat yang banyak meninggalkan petilasan bersejarah. Tidak terkecuali yang kini ada di Desa Kutu Kecamatan Jetis.

Ketika waktu itu Majapahit masih menguasai wilayah yang kini disebut Ponorogo, di sana ada sebuah Kademangan (distrik) bernama Kademangan Kutu.

Demang dari Kutu tersebut bernama Ki Ageng Ketut Surya Ngalam (Ki Ageng Kutu), di mana ia awalnya merupakan pembantu yang sangat dekat dengan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V.

Karena ada konflik di kerajaan yang tidak sejalan dengan dirinya, Ki Ageng Kutu akhirnya membangun peradaban baru, tepatnya di tenggara Gunung Lawu sampai barat Gunung Wilis. Atau yang kemudian lebih dikenal dengan nama Wengker.

Lokasi petilasan tersebut tepatnya berada di sebuah persawahan rakyat di Desa Kutu Wetan. Tempat tersebut banyak ditumbuhi rumput-rimbun dan di sekitarnya banyak pohon suru yang tumbuh.

Masyarakat setempat kemudian menamai tempat itu dengan Suru Kubeng. Selain karena banyaknya pohon suru yang tumbuh, yang kini sebagian telah dibabat dan dibersihkan, masyarakat setempat meyakini bahwa tempat tersebut merupakan petilasan dari Demang Surya Alam. Yakni seorang Senopati atau prajurit Majapahit, yang memiliki kesaktian luar biasa.

“Banyak masyarakat meyakini jika tempat tersebut sebagai petilasan Padepokan Suru Kubeng milik Demang Surya Alam. Dulu itu, tempat tersebut merupakan panggon bagi murid-murid Suru Kubeng untuk mendapat pendadaran dan diajarai ilmu kesaktian oleh Demang Surya Alam,” tutur Mbah Jito selaku juru kunci petilasan Suru Kubeng tersebut.

Mbah Jito mengatakan bahwa tempat tersebut dulunya terkesan dengan nuansa angker. Banyak masyarakat yang takut untuk kesana. Hingga akhirnya ia terpanggil untuk membersihkan rerumputan untuk menghilangkan nuansa angker tersebut.

Alasan lain Mbah Jito adalah karena tempat tersebut berada di sekitar tanah sawah milik keluarga dari kakek dan neneknya, maka sekalian ia membersihkan.

Halaman:

Editor: Dani Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x