Prof Quraish Shihab: Puasa Bukan Membunuh Nafsu, Kenali Jenis-jenisnya

6 April 2022, 17:27 WIB
Prof Quraish Shihab /Instagram/@quraish.shihab

TRENGGALEKPEDIA.COM - Apa sebenarnya hakikat berpuasa selama bulan Ramadhan?

Memang salah satunya sering dikaitkan dengan masalah nafsu yang secara lahir adalah salah satu bagian dari manusia.

Karena, setiap manusia memiliki nafsu. Namun, apakah hubungan antara nafsu dengan puasa Ramadhan?

Baca Juga: Siapakah Orang yang Tidak Mendapatkan Pahala Puasa Ramadhan? Berikut Penjelasannya

Menurut Profesor Quraish Shihab, salah satu hakikat berpuasa yaitu mengendalikan nafsu.

Berbupasa, kata Prof Quraish, bukan membunuh nafsu karena mengendalikan nafsu adalah kunci utama dalam melaksanakan ibadah puasa.

Prof Quraish menjelaskan, nafsu harus dikendalikan dan bukan dibunuh atau dicegah sama sekali.

Dengan demikian, salah satu tujuan puasa yakni mengendalikan nafsu.

Di sisi lain, nafsu menjadi kebutuhan seseorang seperti saat mendapat kesulitan sehingga nafsu dibutuhkan untuk kekuatan bertahan hidup.

Prof Quraih mengibaratkan, ada penjajah memasuki suatu negeri, nafsu amarah harus muncul untuk mengusirnya.

Selain itu, lanjutnya, apabila seseorang merasa lapar, maka membutuhkan makan namun tetap harus dikendalikan.

Prof Quraish juga menjelaskan bahwa ada beberapa jenis nafsu yang termaktud dalam Al-Qur'an.

Pertama, nafsu muthmainnah dan jika diartikan merupakan 'jiwa yang tenang'.

Nafsu jenis ini, kata Prof Quraish, dikisahkan Nabi Muhammad kepada seorang mukmin yang senantiasa bersyukur dan bersabar.

Sebagai contoh, saat seseorang menghadapi segala hal, tetap tenang.

Nabi melukiskan, kata Prof Quraish, seorang mukmin itu selalu menakjubkan jika mendapat nikmat bersyukur.

"Dan jika dia mendapat musibah, dia bersabar sehingga dirinya selalu tenang," ujarnya, menyadur laman NU.

Jenis nafsu yang kedua yaitu nafsu lawwamah atau nafsu yang selalu mengecam ketika melakukan dosa.

Dalam hal ini, nafsu yang dimaksud yakni nafsu yang menyadarkan seseorang untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama.

Untuk jenis nafsu yang terakhir adalah nafsu ammaratu bissuu.

Dalam arti, nafu yang selalu mendorong seseorang untuk berbuat buruk.

Jenis nafsu ini juga memiliki kriteria yang tidak pernah puas atau serakah.

Baca Juga: Cara Efektif Melatih Anak Kecil Berpuasa

Prof Quraish mengatakan, jika diibaratkan seperti seorang anak kecil yang enggan disapih oleh ibunya.

Dengan demikian, lanjutnya, manusia sebagai pengendali (nafsu) harus tegas dalam menghadapinya dan semata-mata untuk kebaikan.

Prof Quraish juga menegaskan jika untuk mengendalikan nafsu yang mendorong kepada hal-hal keburukan dapat dihalangi hanya dengan kekuatan jiwa seseorang.

Orang yang tidak kuat, kata Prof Quraish, akan menuruti nafsunya sehingga tidak memiliki kepuasan dalam diri.***

Editor: Okpriabdhu Mahtinu

Tags

Terkini

Terpopuler