Arwah Tumbal Pesugihan Apakah Gentayangan? Berikut Jawaban Buya Syakur

- 29 Juli 2021, 23:04 WIB
Arwah orang yang meninggal karena pesugihan apakah akan gentayangan?
Arwah orang yang meninggal karena pesugihan apakah akan gentayangan? /Pexels/Dhivakaran S

TRENGGALEKPEDIA.COM - Pesugihan bukanlah suatu rahasia lagi, masyarakat meyakini hingga zaman modern seperti ini masih banyak praktek pesugihan.

Pesugihan sendiri berasal dari bahasa Jawa Sugih, yang berarti kaya. Tak lain pesugihan sendiri digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan kekayaan dengan cara cepat.

Tentu saja tak hanya untuk memperoleh kekayaan, seseorang juga dapat melakukan pesugihan untuk mendapatkan kejayaan dan popularitas.

Sesuatu yang didapat dengan cara instan pastinya memiliki dampak negatif. Apalagi pesugihan selalu berhubungan dengan dunia ghaib.

Karena pesugihan itu di luar nalar. Dan bagi siapa saja yang menggunakan pesugihan maka dirinya akan menyimpang dari ajaran agama serta norma.

Dalam praktiknya, pesugihan harus menggunakan tumbal. Dan hal ini harus dilakukan. Tumbal adalah sesuatu atau seseorang yang harus diserahkan untuk mendapatkan pesugihan.

Baca Juga: Pesugihan di Gunung Kemukus, Benarkah Berawal dari Pengeran Samudro?

Pesugihan dengan menyerahkan tumbal haruslah ditepati. Jika saja tumbal tersebut dilanggar, maka akan ada konsekuensi yang harus diterima oleh pelaku pesugihan.

Seseorang yang menjadi tumbal biasanya akan mati secara mendadak dan tiba-tiba.

Kemudian muncul beberapa keyakinan jika seseorang yang mati karena tumbal maka arwahnya akan tetap berada di bumi.

Apakah benar orang yang meninggal karena pesugihan masih ada? Berikut ini menurut agama Islam terkait orang yang meninggal karena tumbal pesugihan.

Ini penjelasan dari Buya Syakur terkait orang yang meninggal karena tumbal dilansir Trenggalekpedia.com dari chanel KH Buya Syakur Yasin MA.

Menurut Buya Syakur, seseorang yang mati dengan berbagai cara entah itu meninggal karena tertabrak, terkena racun, tenggelam, sakit dan lainnya merupakan 1001 cara jalan kematian.

Buya Syakur menjelaskan dalam Al-Quran surat Asy-Syu’Ara ayat 78-82:

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (82)

Yang artinya: “(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”

Buya Syakur mengartikan bilamana seseorang yang telah meninggal maka urusan di dunia telah usai.

Terkecuali seseorang yang mati karena membela ke jalan Allah. “Mereka yang mati terbunuh karena membela Allah Insya Allah mati, tapi mereka masih hidup di sini,” ujar Buya Syakur.

Menurutnya, mereka yang masih hidup tetap mendapatkan rizki dari Allah.

Namun keberadaan mereka tidak diketahui oleh sembarang orang. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui keberadaan mereka dan berkomunikasi dengannya.

Itulah jawaban terkait arwah yang meninggal karena tumbal menurut Buya Syakur.***

Editor: Rendi Mahendra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x