Ternyata Ini, Sejarah Tanaman Cabai dan Sambal di Nusantara

27 Februari 2021, 15:47 WIB
Cabai merupakan salah satu tanaman yang dipercaya mampu membawa keberuntungan dan kekayaan bagi pemilknya menurut feng shui.* /Pixabay/Hans Linde/

TRENGGALEKPEDIA.COM - Bagi masyarakat Indonesia, setiap menyantap makanan tak lengkap rasanya jika tidak didampingi dengan sambal. Kecintaan terhadap masakan pedas memang sangat diminati apalagi kaum muda sekarang.

Beragam menu rumah makan banyak menyediakan berbagai jenis sambal. Tiap daerah memiliki ciri khas sambalnya masing-masing.

Tahukah kalian bahwa kuliner ikonis Indonesia ini sejak masa abad ke-17 telah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sejarah Jawa.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok, Minggu 28 Februari 2021: Taurus, Jangan Jorok! Gemini, Baru Saja di Ghosting

Hal itu diungkapkan oleh Ahli Arkeologi Jawa Kuna, H.I.R. Hinzer, bahwa tanaman cabai pada masa itu mulai berkembang luas pembudidayaanya di Nusantara.

Mengutip dari Fadly Rahman seorang dosen sejarah dan filologi Universitas Padjadjaran menuliskan artikelnya di laman jalurrempah.kemendikbud.go.id, cabai dibawa masuk ke Asia Tenggara oleh pelaut Portugis dan Spanyol pada abad ke-16.

Saat itu berbagai bangsa berlayar ke wilayah Nusantara untuk mencari komoditas rempah-repah, terutama cengking dan pala.

Baca Juga: Cair! Cek NIK di dtks.kemensos.go.id, BST Rp300 Ribu dari Kemensos 2021

Selain mencari rempah-rempah, bangsa Eropa juga melakukan pertukaran berbagai jenis komiditas pangan. Wiliem Lodewyckz dalam laprannya tahun 1596 menyebutkan Cabai menjadi salah satu yang diperdagangkan bersama beragam komoditas lain di pasar Banten.

Sementara itu, laporan Residen Padang, H.J.J.L Ridder de Stuers pada tahun 1850 membuktikan bahwa orang Sumatra Barat yang lebih menyukai cabai ketimbang lada yang lebih dulu diperkenalkan dari India.

Dalam perkembangannya, cabai banyak diolah menjadi berbagai jenis sambal sebagai menu pelengkap makan orang-orang pribumi.

Baca Juga: 3 Fakta Ikatan Cinta: Elsa Mendadak Pamit hingga Syukuran Emak-emak atas Rujuknya Al dan Andin

Augusta de Wit dalam bukunya Java: Fact and Fancies (1898) menjelaskan pandangan orang Eropa terhadap sambal ketika datang ke Batavia pada akhir abad ke 19.

Mereka begitu antusias mencicipi aneka sambal yang terhidang di atas meja panjang sebagai bagian dari hidangan rijsttafel.

Bahkan Catenius-van der Meijden, seorang penulis buu masak terkenal pada awal abad ke-20 dapat membuat aneka jenis sambal.

Baca Juga: 5 Miliader Dunia yang Kaya Raya dari Hasil Mencuri dan Menipu

Sambal racikannya banyak yang diberi nama unik seperti sambel brandal, sambal serdadoe, sambal boedak, dan sambal badjak.

Keunikan nama sambal di Indonesia tercermin dari perpaduan cabai dengan berbagai macam bahan khas masing-masing daerah.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Tentang Wanita Aries, Salah Satunya Egois

Seperti halnya sambal lado dari Sumatera Barat, dabu-dabu dari Manado, sambal oncom dari Jawa Barat, sambal kencur dari Purwokerto, sambal kluwak dari Jawa Timur dan sambal matah dari Bali.

Tak heran jika banyak pecinta makanan pedas membela-belakan mencari dan mencicipi kepedasan makanan di wilayah Indonesia. Karena memang menelusuri kekayaan cita rasa yang terkandung dalam sambal tak akan ada habisnya.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler