Bahkan, Raja Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk juga memberikan perhatian serupa hingga candi ini menjadi tempat pemujaan resmi dengan status dharma lepas.
Tak hanya sebagai tempat upacara, Candi Penataran juga diabadikan dalam Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca, di mana Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit mengunjunginya untuk memuja Hyang Acalapat, perwujudan Dewa Siwa sebagai Girindra atau Raja Penguasa Gunung pada tahun 1350 sampai 1389 Masehi.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, candi ini terlupakan dan terabaikan, hingga pada tahun 1995, pemerintah Indonesia mengajukannya sebagai situs warisan dunia UNESCO. Proses pemugaran yang dilakukan pemerintah sejak saat itu memberikan perhatian yang lebih intensif bagi kelestarian Candi Penataran.
Kini, sebagai tujuan wisata yang populer di Blitar dan Jawa Timur, Candi Penataran telah meraih perhatian yang layak dari pemerintah.
Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur kuno, menengok sejarah gemilang Kerajaan Kediri, dan menyaksikan usaha besar untuk mempertahankan warisan budaya berharga ini.
Bagi para pecinta sejarah dan kebudayaan, Candi Penataran adalah destinasi yang tak boleh terlewatkan.
Keajaiban arsitektur dan kekayaan sejarah yang terjaga dengan baik di sini akan menyentuh jiwa para pengunjung, menjadikan kunjungan mereka sebagai penelusuran yang mengesankan pada masa lalu gemilang di Jawa Timur.***