Ritual Usir Pagebluk hingga Lampor Keranda Terbang, Mbah Mijan: Ruwatan

- 16 Juli 2021, 10:40 WIB
Ritual Usir Pagebluk hingga Lampor Keranda Terbang, Mbah Mijan: Ruwatan
Ritual Usir Pagebluk hingga Lampor Keranda Terbang, Mbah Mijan: Ruwatan /Pixabay/Free-Photos/

TRENGGALEKPEDIA.COM – Fenomena pagebluk ketuk pintu hingga lampor keranda terbang masih menyelimuti masyarakat Pulau Jawa. Namun, ada ritual khusus yang dapat dilakukan sebagai penangkal.

Bahkan, paranormal kondang Mbah Mijan pun turut menyoroti tentang pagebluk ketuk pintu hingga lampor keranda terbang.

Menurut Mbah Mijan, solusi mengatasi pagebluk bahkan teror ketakutan tentang ketuk pintu adalah Ruwatan.

“Versi zaman dulu adalah Ruwatan, berasal dari kata dasar ruwat dari Bahasa Jawa yang artinya bersih-bersih,” kata Mbah Mijan, mengutip dari kanal YouTube-nya.

Istilah Ruwatan, kata Mbah Mijan, dapat dimaknai sebagai ritual tradisi untuk membuang hal-hal negatif baik dalam tubuh manusia maupun suatu daerah.

Mbah Mijan mengatakan, ruang lingkup daerah tidak hanya desa atau kota saja, tapi bisa mencangkup nusantara.

Baca Juga: Pagebluk Ketuk Pintu hingga Lampor Keranda Terbang, Mbah Mijan: Jangan Dibuka, Bisa Meninggal

“Saat ini Indonesia membutuhkan ruwatan masal, meskipun Ruwatan sudah tidak relefan oleh zaman,” ujarnya.

“Tapi, pandemi, epidemi, wabah, pagebluk sudah ada sejak zaman dahulu kala. Cara untuk mengantisipasinya sudah dilakukan oleh leluhur kita dengan ruwatan,” imbuhnya.

Mbah Mijan menjelaskan, Ruwatan dapat dimaknai tunggal maupun majemuk. Ruwatan tunggal untuk membersihkan diri sendiri dan majemuk adalah ruwatan masal.

Misalnya, kata Mbah Mijan, masyarakat melakukan Ruwatan desa atau bersih desa dan membersihkan suatu wilayah dari hal-hal negatif.

Sementara itu, zaman dulu tokoh sentral di suatu daerah terutama Pulau Jawa adalah dalang.

Ini lantaran, dalang dinilai sebagai tokoh yang memberikan wayangan atau wejangan dalam Bahasa Indonesia berarti nasihat selain memberikan pertunjukkan hiburan.

Menurut Mbah Mijan, dari sosok dalang yang memberikan wejangan sebagai simbol untuk saling menguatkan bahwa manusia adalah makhluk pemberani.

“Artinya menempa mental dan spiritual sebagai bagian dari membangun imunitas tubuh manusia,” kata Mbah Mijan.

Sementara itu, untuk mengantisipasi lampor dan teror ketuk pintu, masyarakat terdahulu menggunakan ketupat selamat.

“Jadi, membuat ketupat dari daun kelapa mud atau janur yang isinya ada beras, cabai, kacang hijau, bawang merah dan putih,” imbuhnya.

Kemudian, ketupat ini digantung di atas pintu, bisa di luar maupun di dalam rumah. “Ini versi tradisional yang terbukti bisa mengantisipasi pagebluk,” ucapnya.

Mbah Mijan mengatakan, sebagai manusia moderen harus kembali ke pakem atau ilmu agama untuk meyikapi hal tersebut.

“Wabah adalah ketentuan Allah dan kematian adalah takdir Allah. Kalau zaman dulu juga sudah diajarkan untuk menghindari pagebluk dengan istighosah,” jelasnya.

“Istighosah sendiri meminta pertolongan kepada Allah. Tapi saat ini, ritual tradisional jarang dilakukan, istighosah dihindari, lalu kita mau bagaimana?” imbuhnya.

Mbah Mijan menjelaskan, jadi seimbangkan pikiran, ucapan, perasaan, dan tindakan setiap manusia.

“Adanya awal, pasti ada akhir. Adanya gelap, pasti ada terang. Ingat, doa, doa, dan doamu bisa mengubah nasib manusia,” katanya.

“Sedekah, sedekah, sedekah, dan berbagimu bisa menghinarkan diri dari bencana,” ujarnya.***

Editor: Okpriabdhu Mahtinu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah