Apa itu Reog Ponorogo? Berikut Penjelasan Reog Ponorogo

21 April 2022, 11:11 WIB
Reog merupakan kesenian yang berasal dari Ponorogo. Kata reyog kemungkinan berasal dari kata angreyok ditulis oleh Prapanca di Nagarakertaga. /Ilyas/Trenggalekpedia.com/

TRENGGALEKPEDIA.COM - Reog adalah kesenian yang berasal dari Ponorogo berupa barongan harimau yang berhiaskan bulu burung merak dengan berat biasanya lebih dari 25 Kg.

Pembarong biasanya menarik dengan berputar-putar sehingga bulu berak di barongan tampak hidup karena mengembang. Terkadang bulu-bulu itu seperti dikibas-kibaskan. Di belakangnya, ada sepasukan prajurit berkuda (jathil) yang seolah sedang berangkat perang.

Sementara yang berjalan di depan yaitu laksana pemimpin adalah para warok; laki-laki berbadan gempal berseragam hitam dengan bagian dada terbuka. Wajahnya sangar, dengan kumis dan jambang yang lebat.

Mereka berjalan beriringan sambil menari dengan lincah mengikuti suara gamelan dan teriakan-teriakan seperti  “Hok’e…hok’e…Haaaaa..”

Baca Juga: Reog Kalah dari Korporasi Jamu, Begini Reaksi Masyarakat Ponorogo

Menurut Margaret J. Kartomi dalam “Performance, Music and Meaning of Réyog Ponorogo” di jurnal Indonesia No. 22, Oktober 1976, kata “reyog” kemungkinan berasal dari kata “angreyok” yang ditulis pujangga Prapanca dalam Nagarakertagama.

“Angreyok” berkaitan dengan dorongan yang semangat dari prajurit, pertunjukan tari reog, perang-perangan, dan mungkin bisa juga berhubungan dengan pengetahuan militer kuno pada masa itu.

Banyak bentuk-bentuk seni yang menyerupai reog ponorogo terkandung dalam Serat Cabolang, sebuah tembang yang mungkin ditulis di Surakarta pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19,” catat Kartomi.

Karena kesenian ini  berusia lumayan tua, asal-usul reog Ponorogo punya banyak versi. Ada yang mengaitkannya dengan kepercayaan animisme mengenai adanya roh penjaga dan pelindung suatu wilayah.

Selain itu, ada juga  beragam versi asal-usul reog Ponorogo berlatar kerajaan. Ada dua versi yang popular. Pertama, versi Wengker. Menceritakan Ki Ageng Kutu (Demang Suryongalam) dan lain nya masih banyak lagi.

Menurut Rido, seni reog Ponorogo bukan hanya bernilai seni atau estetika, tapi juga mengandung nilai-nilai luhurluhur, Hingga kini masyarakat Ponorogo terus melestarikan kesenian reog sebagai warisan leluhur.***

Editor: Rendi Mahendra

Tags

Terkini

Terpopuler