Ternyata engkau telah lebih dulu menitipkan nama kita dalam doa-doa,
sementara aku masih berdiri di tengah persimpangan, antara kecemasan dan harapan
yang terus tumbuh.
#3
Sebelum terlalu jauh kita melangkah, aku sempat berfikir untuk mengalah; pasrah.
Membiarkanmu bahagia dengan orang lain, setelah berkali-kali aku dibuntuti rasa ketidakpantasan.
Pikirku: orang baik, yang dididik dengan baik, harus bersanding juga dengan lelaki yang baik.
Jika pada akhirnya engkau mengiyakan, betapa waktu itu aku berlagak kuat dengan membiarkan diriku pura-pura bahagia menyaksikanmu bersama lelaki lain.
Ketakutanku adalah kehilanganmu.
Kehilangan segala yang telah lama kubangun.