Sejarah Bergantinya Nama Pasar Induk Ponorogo dari Pasar Mernung hingga Pasar Legi

27 Februari 2021, 18:41 WIB
Pasar Legi Ponorogo nampak dari depan //Trenggalekpedia.com/Dani Saputra//Trenggalekpedia.com/Dani Saputr

TRENGGALEKPEDIA.COM - Pasar Legi Songgolangit merupakan pasar terbesar yang ada di Ponorogo, di mana lokasi pasar ini berada di Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo.

Meski berdekatan dengan pusat kota Ponorogo, pasar Legi Songgolagit menjadi pasar induk untuk kegiatan jual beli masyarakat Ponorogo dan sekitarnya.

Pedangan dari berbagai daerah seperti Madiun, Pacitan, Magetan dan Trenggalek  sering melakukan kegiatan jual beli di pasar ini.

Baca Juga: Sinopsis Drama Vicenzo Episode 3 Malam Ini: Bagaimana Nasib Penghuni Geumga Plaza?

Pasar Legi atau Pasar Songgolangit Ponorogo didirikan pertama kali oleh Tumenggung Wiryodiningrat ketika dia menjadi wedana Bupati Ponorogo.

Setelah penguasa Ponorogo waktu itu, Adipati Suryodiningrat atau Adipati Suryodiningrat wafat, kondisi Ponorogo menjadi kacau balau. Nama pasar ini awalnya adalah pasar Mernung.

Adipati ini mempunyai 23 istri dan puteranya sebanyak 135, sehingga jabatan Bupati Ponorogo menjadi rebutan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok, Minggu 28 Februari 2021: Leo, Sering-Ssring Minum Air, Libra, Siap Berkomitmen?

Untuk mengatasi hal tersebut, Sinuwun Pakubuwono mengirimkan Tumenggung Wiryodiningrat untuk menjadi penguasa sementara dengan pangkat Wedana Bupati. Dalam rangka untuk menentramkan suasana Ponorogo.

Namun setahun berada di Ponorogo, Tumenggung tersebut belum membuat kondisi Ponorogo tenteram, bahkan dia dianggap hendak merebut Kabupaten, sehingga tidak diperbolehkan memasuki rumah dinasnya.

Akhirnya Tumenggung Wiryodiningrat membuat rumah sendiri, berjarak 4 km dari Kabupaten ke arah barat. Rumah tersebut akhirnya disebut Tumenggungan dan sekarang menjadi Mangkujayan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok, Minggu 28 Februari 2021: Taurus, Jangan Jorok! Gemini, Baru Saja di Ghosting

Banyak masyarakat yang mendirikan rumah di dekat Tumenggungan sehingga daerah tersebut menjadi ramai. Apalagi oleh Tumenggung Wiryodiningrat tempat tersebut dijadikan mula sebuah pasar.

Pasar tersebut dinamakan pasar Mernung, yang berasal dari kata berenung, di mana berenung merupakan barang yang banyak dijual di pasar.

Berenung sendiri adalah sebuah wadah air yang terbuat dari kulit buah maja yang isinya sudah dibuang, lalu diberi dua lubang kecil untuk tali membawanya.

Baca Juga: 5 Miliader Dunia yang Kaya Raya dari Hasil Mencuri dan Menipu

Pasar Mernung sangatlah ramai, terutama di hari pasaran Legi, sehingga kemudian namanya berubah menjadi pasar Legi. Nama pasar Legi sendiri lestari digunakan berartus tahun.

Pasar legi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu di sebelah selatan atau disebut pasar lanang dan sebagian berada di utara atau di pojok timur perempatan, tempat inilah yang oleh masyarakat disebut sebagai pasar Legi.

Tumenggung Wiryodiningrat menjadi wedana Bupati di Ponorogo, antara sebelum tahun 1800 hingga saat kepemiminan Bupati Markum Singodimejo, di antara tahun 1995 sampai 2004.

Baca Juga: Jelang Panen Raya, Harga Gabah Kering Panen Anjlok

Pada masa kepemimpinan Markum, nama Songgolangit sempat disematkan di Pasar Legi yang berada di Jalan Soekarno-Hatta ini.

Nama Songgolangit sendiri dinisbatkan kepada Dewi Songgolangit, seorang putri dari Kerajaan Kediri. Dalam buku babad Ponorogo, Dewi Songgolangit ini merupakan mimpi yang tidak pernah terwujud.

Dewi Songgolangit tidak pernah ada di Ponorogo. Di mana dia adalah seorang putri yang gagal diperistri dan diboyong ke Ponorogo oleh Prabu Kelono Sewandono.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Tentang Wanita Aries, Salah Satunya Egois

Kemudian nama pasar ini, oleh Bupati Ponorogo (Ipong Mukhlisoni) dikembalikan dengan nama sebelumnya, yaitu tanpa ada embel-embel Songgolangit. Menurut Ipong, setelah nama Songgolangit dijadikan nama pasar, pasar tersebut dua kali mengalami kebakaran.

Pasar Legi kini benar-benar menjadi urat nadi perekonomian Ponorogo, di mana selalu ada aktifitas perdagangan, serta menjadi rujukan untuk masyarakat Ponorogo dan sekitarnya.

Kini pasar tersebut sudah selesai direnovasi sehingga akan merubah wajah tradisional pasar ini menjadi pasar modern.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler