Implementasi Ibadah Puasa Adalah Menjaga Lisan, Hati dan Pikiran, Berikut Ini Penjelasannya

19 April 2022, 16:31 WIB
Implementasi ibadah puasa adalah menjaga hati, lisan dan pikiran /Ilustrasi foto pixabay.com/

TRENGGALEKPEDIA.COM - Puasa merupakan salah satu ibadah dalam rukun Islam yang ketiga dan puasa berarti menahan diri dan segala hawa nafsu.

Dalam diri manusia terdapat tiga komponen penting meliputi lisan (perkataan), hati (batin) dan pikiraan (akal).

Bagi sebagian orang menganggap ketiga komponen ini hal yang sepele, tetapi sangat berbahaya apabila tidak diperhatikan dan dirawat.

Maksudnya senantiasa menjaga agar ketiga komponen tersebut tidak menimbulkan malapetaka dan bencana baik diri sendiri maupun orang lain.

Maka dari itu, wajib hukumnya seorang muslim menjaga ketiganya dari segala macam penyakit hati, lisan dan pikiran.

Baca Juga: Keistimewaan Bulan Ramadhan yang Dikhususkan, Ini Penjelasannya

Pertama, menganggap orang lain lebih rendah (takabbur), riya, hasud, pelit, merasa dirinya paling tinggi atau terbaik (‘ujub), merupakan salah satu penyakit hati yang harus dihindari.

Semestinya manusia memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan, hanya iman dan taqwa yang membedakannya.

Sedangkan manusia tidak berhak untuk menilai makhluk lainnya kecuali Allah SWT.

Hati tempat lahirnya perasaan nurani manusia dan Rasulullah senantiasa mengajarkan untuk menjaga kesucian hati agar terhindar dari penyakit hati yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kedua, selayaknya umat yang beriman janganlah berkata dusta, berkata kotor, mengejek, menfitnah, menggunjing, berdebat, bersilat lidah, serta menghina orang lain.

Karena sesungguhnya lidah dapat menjerumuskan manusia ke jurang kehidupan.

Terdapat istilah “mulutmu, harimaumu”, keselamatan kita di dunia maupun di akhirat tergantung apa yang kita ucapkan.

Dalam prosesnya manusia harus menjaga tutur kata, karena apa yang kita ucapkan tersebut bisa menjadi bomerang untuk diri sendiri.

Rasulullah SAW bersabda, bahwa “Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam terdapat pada lidahnya” (HR at-Thabrani).

Ketiga, suka meremehkan orang lain, sombong intelektual, merasa paling superior padahal berkualitas lemah.

Salah satu penyakit akal yang sering dijumpai di masyarakat, mereka menganggap diri mereka paling pintar dan dapat diandalkan tanpa mau intropeksi diri, padahal di atas langit masih ada langit.

Baca Juga: Terlanjur Ghibah di Bulan Ramadhan? Begini Hukum dan Penjelasan Tentang Ghibah

Manusia seharusnya selalu merasa rendah hati dan belajar dari pengalaman yang pernah ditemui sehingga tidak timbul perasaan besar kepala.

Karena penyakit pikiran ini mampu menjerumuskan diri kedalam pemikiran-pemikiran yang mungkin saja menyesatkan, tidak percaya dengan saran orang lain dan menganggap dirinya selalu benar.

Bulan Ramadhan menjadi waktu yang sangat pas untuk kita belajar dan intropeksi diri agar terhindar dari segala macam penyakit.

Dengan melakukan puasa seseorang dapat menggapai ketaqwaan. Puasa menjadi sarana untuk menguatkan hati, lisan dan pikiran sekaligus mengobati penyakit-penyakit terrsebut.

Pada bulan Ramadhan kita dilatih menjaga kejujuran, keuletan, menahan amarah, hawa nafsu, kesabaran yang dapat menghindarkan manusia dari segala macam bentuk dosa.

Salah satu Riwayat Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah puasa ialah membaca Al-Qur’an.

Dengan membaca Al-Qur’an hati, lisan dan pikiran menjadi tenang. Merenungi kandungan dan mengamalkannya, baginya satu kebaikan dan satu kebaikan tersebut akan dibalas sepuluh kali lipat.

Selain memberikan ketenangan hati dan jiwa, juga menjadi pegangan dalam menjalani hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari pasti akan ada beragam ujian yang dimaksudkan untuk menguji hambanya.

Terkadang kita merasa ujian yang diberikan terlalu berat, tetapi yakin lah bahwa tidak ada ujian yang melebihi batas kemampuan hambanya.

Baca Juga: Apa Hukum Membatalkan Puasa? Berikut Penjelasan Sejarah Tentang Puasa

Allah SWT menguji kadar keimanan hambanya baik dalam ibadah maupun penerapan di kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu untuk menghindari penyakit hati, lisan dan pikiran manusia harus memiliki tingkat keimanan yang tinnggi.

Senantiasa beribadah dan mnecari ridho-Nya, tidak menjadi manusia yang tiggi hati.

Terkait renungan kandungan ayat Al-Qur’an, Rasulullah bersabda “Banyak orang membaca Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an justru melaknatnya”.

Artinya, tidak semua orang mampu menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an ini dalam kehidupan.

Mereka hanya sekadar membaca pada lisan tetapi tidak mau mengamalkan dalam hati dan pikiran.

Hadits tersebut dapat digunakan sebagai modal mengembangkan karakter.

Ramadhan menjadi sarana mencari nilai-nilai kebaikan dalam realitas kehidupan manusia.

Memahami pentingnya sifat jujur, tidak berbuat curang dan tidak mencampurinya dengan nafsu merupakan implementasi nyata dari renungan ini.

Al-Qur’an adalah pedoman yang dapat menuntun umat manusia. Menjadi cahaya terang dan syafaat, serta senantiasa menjaga kesucian hati, lisan dan pikiran yang menjadi kunci utama.

Ketika manusia menghendaki ketiganya maka cahaya akan terpancar pada dirinya.*** (Ida Kurniawati)

Editor: Dani Saputra

Sumber: kemenag.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler