Bencana Banjir Pada Masa Raja Airlangga, Bagaimana cara mengatasinya?

24 Februari 2021, 07:18 WIB
Salah satu gambar konidisi banjir di Jawa Timur pada masa kerajaan. /Koleksi Tropen Museum.

 

TRENGGALEKPEDIA.COM - Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan dan andanya pasang naik air laut. 

Faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat, penggundulan hutan, pembuangan sampah ke sungai dan sebagainya.

Akhir-akhir ini banjir masih terjadi dimana-mana, hal ini terjadi disebabkan oleh intensitas dan frekuensi curah hujannya.

Baca Juga: Bagi yang Belum Dapat, Ini Kriteria Penerima BSU BLT Subsidi Gaji Rp2,4 Juta

Kejadian banjir yang terus berulang merupakan hasil dari kerusakan sistem dalam hal ini adalah daerah aliran sungai. 

Bencana banjir telah menjadi kejadian yang tak pernah lekang oleh masyarakat Jawa Timur, khususnya di sepanjang aliran sungai besar seperti Sungai Brantas. 

Sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa ini menyimpan sejarah panjang bencana banjir yang dapat dipelajari. 

Baca Juga: Cair, Bansos BST Rp300 Ribu, Begini Cara Ambil di Kantor Pos

Salah satunya bencana banjir yang terjadi pada masa Raja Airlangga pada abad XI yang didasarkan pada Prasasti Kamalagyan 1037M.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya Armenson Diga Sandi, dalam penelitiannya pada tahun 2015 menjelaskan bahwa pembangunan bendungan di Wringin Sapta adalah swakarsa oleh Raja Airlangga bersama-sama rakyat.

Dijelaskan pada saat itu Sungai Brantas selalu banjir dan airnya meluap ke beberapa desa dan tanah pedikan. Kejadian tersebut tertulis pada Prasasti Kamalagyan yang bertarikh 1037 M. 

Untuk diketahui, Prasasti Kamalagyan terletak di Dusun Klagen Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Prasasti ini terbuat dari batu andesit yang memiliki panjang 115 sentimeter, tinggi 215 sentimeter, dan tebal 28 sentimeter. 

Baca Juga: Usia Selisih 10 Tahun, Marcella Daryanani: Aku Suka Cowok yang Family Man

Dalam prasasti tersebut, Diga dapat mengidentifikasi beberapa desa perdikan yang terdampak banjir pada saat itu, antara lain Desa Kalagyan (Dusun Klagen Sekarang) dan Desa Pangkaja (Dusun Pengkojo, Desa Tunggalpager).

Selain itu, daerah lain seperti Lasun,  Palinjwan, Kala, Sijanatyesan,  Panjigantin,  Talan,  Decapankah sampai  sekarang nama-nama  desa  atau  tempat  diatas  yang  terdampak  langsung  bencana  banjir  akibat  luapan Sungai  Brantas  sudah  tidak  digunakan  lagi  oleh masyarakat sekarang. 

Diberitakan pada Prasasti Kamalagyan berbagai segi bidang terdampak akibat banjir Sungai Brantas antara lain dari segi perekonomian pada saat itu juga tedampak akibat bencana banjir terseblain

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 12 Tersisa 600.000 Kuota, Begini Cara Daftar di www.prakerja.go.id

Kerugian yang ditanggung oleh kerajaan adalah berkurangnya penghasilan pajak bagi kerajaan. Sektor pertanian, banyak sawah yang mengalami gagal panen.

Sektor perdaganngan yang mengandalkan aliran Sungai Brantas dalam aktifitas perdagangan mengalami kesulitan karena kapal-kapal tidak dapat bersandar pada pelabuhan-pelabuhan kecil saat itu, tak terkecuali tempat ibadah. 

Kesulitan yang tak dapat diatasi oleh rakyatnya, membuat Raja Airlangga turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan bencana banjir sungai Brantas tersebut dengan membangun bendungan Wringin Sapta. 

Baca Juga: Imbas Covid-19, Gelaran Piala Sudirman 2021 Resmi Ditunda

Hal itu berdampak baik pada perekonomian maupun hubungan sosial masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan pemberitaan  dalam Prasasti Kamalagyan  sendiri  yang mengatakan  bahwa  semua  orang  senang, terutama  para pedagang  sepanjang  Sungai  Brantas  yang  selalu  bertemu dengan  orang-orang  asing  dari  pulau-pulau  lain di Hujung Galuh.***



Editor: Okpriabdhu Mahtinu

Sumber: Jurnal UNESA

Tags

Terkini

Terpopuler