Bencana Banjir Pada Masa Raja Airlangga, Bagaimana cara mengatasinya?

- 24 Februari 2021, 07:18 WIB
Salah satu gambar konidisi banjir di Jawa Timur pada masa kerajaan.
Salah satu gambar konidisi banjir di Jawa Timur pada masa kerajaan. /Koleksi Tropen Museum.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya Armenson Diga Sandi, dalam penelitiannya pada tahun 2015 menjelaskan bahwa pembangunan bendungan di Wringin Sapta adalah swakarsa oleh Raja Airlangga bersama-sama rakyat.

Dijelaskan pada saat itu Sungai Brantas selalu banjir dan airnya meluap ke beberapa desa dan tanah pedikan. Kejadian tersebut tertulis pada Prasasti Kamalagyan yang bertarikh 1037 M. 

Untuk diketahui, Prasasti Kamalagyan terletak di Dusun Klagen Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Prasasti ini terbuat dari batu andesit yang memiliki panjang 115 sentimeter, tinggi 215 sentimeter, dan tebal 28 sentimeter. 

Baca Juga: Usia Selisih 10 Tahun, Marcella Daryanani: Aku Suka Cowok yang Family Man

Dalam prasasti tersebut, Diga dapat mengidentifikasi beberapa desa perdikan yang terdampak banjir pada saat itu, antara lain Desa Kalagyan (Dusun Klagen Sekarang) dan Desa Pangkaja (Dusun Pengkojo, Desa Tunggalpager).

Selain itu, daerah lain seperti Lasun,  Palinjwan, Kala, Sijanatyesan,  Panjigantin,  Talan,  Decapankah sampai  sekarang nama-nama  desa  atau  tempat  diatas  yang  terdampak  langsung  bencana  banjir  akibat  luapan Sungai  Brantas  sudah  tidak  digunakan  lagi  oleh masyarakat sekarang. 

Diberitakan pada Prasasti Kamalagyan berbagai segi bidang terdampak akibat banjir Sungai Brantas antara lain dari segi perekonomian pada saat itu juga tedampak akibat bencana banjir terseblain

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 12 Tersisa 600.000 Kuota, Begini Cara Daftar di www.prakerja.go.id

Kerugian yang ditanggung oleh kerajaan adalah berkurangnya penghasilan pajak bagi kerajaan. Sektor pertanian, banyak sawah yang mengalami gagal panen.

Sektor perdaganngan yang mengandalkan aliran Sungai Brantas dalam aktifitas perdagangan mengalami kesulitan karena kapal-kapal tidak dapat bersandar pada pelabuhan-pelabuhan kecil saat itu, tak terkecuali tempat ibadah. 

Halaman:

Editor: Okpriabdhu Mahtinu

Sumber: Jurnal UNESA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x