Dalam tradisi silaturahim ini juga terdapat sebuah kebiasaan “nyangoni” atau memberi angpao kepada anak-anak yang biasa dilakukan oleh orang dewasa atau yang menerima tamu.
Tradisi mbarak ini juga menjadi
Sejarah Tradisi Silaturahim Keliling atau Mbarak
Tradisi silaturahim keliling ini memiliki asal muasal yang sama dengan tradisi Halal bi Halal dan sungkeman, tetapi memiliki perbedaan selama perkembangannya.
Yang mana dalam tradisi sungkeman berorientasi pada satu keluarga saja, sedangkan dalam silaturahim lebaran ini lebih berorientasi pada tetangga sekitar dan kerabat jauh.
Tradisi silaturahim lebaran ini memiliki asal mula dari Kerajaan Surakarta yang tepatnya pada era Mangkunegoro I tahun 1930-an.
Yang mana pada masa tersebut tradisi sungkeman dilakukan oleh Pangeran Mangkunegoro I bersama para prajurit dan staff kerajaan.
Beliau biasa mengumpulkan seluruh prajurit, punggawa dan pengawalnya seusai melakukan salat Idul Fitri untuk berbaris dan sungkem pada keluarga kerajaan secara bergantian untuk bermaaf-maafan.
Selain itu pada tahun 1948, terdapat sebuah usulan dari KH Abdul Wahab Hasbullah, beliau adalah salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama.
KH Abdul Wahab Hasbullah memberi saran pada Ir. Soekarno untuk mengadakan silaturahim pada Hari Raya Idul Fitri di tahun tersebut.