Atas usulan itulah Ir. Soekarno mengadakan acara silaturahim di Istana Negara dengan mengundang sejumlah tokoh politik Indonesia, yang kemudian acara ini disebut dengan istilah “Halal bi halal”.
Yang kemudian dalam perkembangan Halal bi Halal tersebut, muncul tradisi silaturahim keliling atau biasa dikenal dengan mbarak yang berawal dari daerah kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Tradisi mbarak ini kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jawa khususnya Jawa Timur dan mempunyai banyak nama di daerah yang berbeda.
Baca Juga: Makna Emansipasi Wanita Masa Kini Sebagai Sosok Penerus Perjuangan R.A. Kartini
Nilai-Nilai dalam Tradisi Silaturahim Keliling atau Mbarak
Dari segi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, silaurahim keliling ini memiliki banyak sekali makna dalam tradisi ini jika digali secara lebih mendalam dan terperinci. Namun secara umum nilai dari tradisi ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai Silaturahmi
Dengan menjalin silaturahim yang baik dengan masyarakat sekitar akan menciptakan lingkungan masyarakat yang damai dan tenteram
Sesuai namanya, nilai silaturahmi sendiri merupakan nilai utama tradisi ini, karena tradisi ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi sesama muslim juga sesama manusia.
2. Nilai Sedekah