Mengenal Kesenian Ludruk Asal  Surabaya Jawa Timur

29 Mei 2022, 14:01 WIB
Ilustrasi ludruk //Pemerintah Kota Surabaya

TRENGGALEKPEDIA.COM - Ludruk merupakan kesenian teater rakyat yang berasal dari provinsi Jawa Timur,yang berisi cerita kalangan rakyat jelata.

Di kota Surabaya ludruk masih sering dipentaskan, dan masih bertahan sampai saat ini meski pemainnya hanya  beberapa puluh orang saja.

Ludruk merupakan jenis teater tradisi. Artinya ludruk muncul  dari ekspresi rakyat. Tema ceritanya diangkat dari permasalahan keseharian rakyat.

Dipentaskan menggunakan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan masyarakat kalangan bawah. Maka dari itu ludruk dinilai sebagai teater rakyat.

Ludruk mulai terkenal  pada abad ke-12. Kini namanya menjadi  Ludruk Bandhan. Ludruk Bandhan ini sejenis pameran kekuatan dan kekebalan yang bersifat magis dengan menitik beratkan pada kekuatan batin.

Ludruk Bandhan biasanya di tampilkan di tanah lapang. Alat musik untuk mengiringi pementasan ludruk di antaranya kendang dan jidor. Ludruk Bandhan berkembang menjadi Lerok.

Baca Juga: Air Terjun Tumpak Sewu, Serpihan Surga Duniawi dari Kabupaten Lumajang

Lerok berasal dari kata “lira”, yang merupakan alat musik petik seperti kecapi. Alat ini digunakan selama pertunjukan Pak Santik, ialah seorang petani dari Jombang, Jawa Timur, yang merupakan tokoh yang memperbaharui kesenian ludruk.

 Selama pementasan, dia memakai riasan muka dan ikat pada kepala. Dadanya dibiarkan terbuka tanpa kain penutup. Celananya terkulai hingga atas mata kaki dan berwarna hitam. Dia juga menyampirkan selendang yang biasa di kenal dengan sebutan  sampur.

Dalam pertunjukan, Pak Santik menampilkan tarian (ngremo) sembari berbicara sendiri mengungkapkan isi hatinya (kidungan). Dia pandai memakai mulut untuk menyuarakan bunyi-bunyian yang mirip dengan alat musik.

Kakinya menghentak-hentak di tanah lapang sehingga bisa menimbulkan bunyi gedrak-gedruk. Dari situlah kemungkinan asal kata ludruk.

Sampai saat ini ludruk tetap bertahan karena lakon-lakon yang dipentaskan sangat aktual dan akrab dengan budaya setempat. Tentu saja disampaikan dengan bahasa yang komunikatif dan disertai lawakan yang menghibur..

Karena keberadaannya yang lahir dari kebudayaan rakyat jelata, Ludruk jelas lebih merakyat daripada seni tradisional (Jawa) lain, terutama yang berasal dari kalangan Keraton.

Dengan bahasa daerah sederhana, sindiran dan kritik-kritik tajam, serta pemilihan cerita yang tidak terbatas.

Baca Juga: Pesona Taman Nasional Baluran, Little Africa In Java yang Terletak di Kabupaten Situbondo

 Ludruk memiliki kekuatan komunikasi yang sangat bagus terhadap masyarakat. Kekuatan ini sejak lama disadari berbagai pihak, yang tentu saja bisa berarti positif maupun negatif bagi seni Ludruk itu sendiri.

Ludruk dapat digolongkan sebagai media seni daerah yang realis. Sebagaimana diutarakan oleh George Lukacs—penganut dan pemikir seni-seni realis—persoalan utama dalam seni adalah relasi antara seni dan realitas sehari-hari. Seni adalah karya yang memiliki daya transformasi, yakni untuk mengubah kesadaran manusia.

 Seni akan menghipnotis orang kalau ia benar-benar indah. Keindahan baru akan terlihat  jika seni secara jujur menampilkan kebenaran. Sementara kebenaran, dalam realitas sosial, adalah sebuah  kenyataan adanya penderitaan, keterasingan, dan kecacatan manusia

(dalam Ibe Karyanto, 1997:97).

Apa yang dikemukakan George Lukacs barangkali tidak secara langsung bisa digunakan untuk mengamati seni Ludruk Jawa Timur. Akan tetapi, dengan melihat  perjalanan sejarah atau perkembangan Ludruk pada setiap periode.

Minimal kita bisa menarik satu benang merah bahwa teater rakyat ini memang berpihak pada realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat, terutama kaum marjinal atau rakyat jelata. Di sini kita bisa tau kontribusi atau peran yang pernah dimainkan dalam pertunjukkan Ludruk. *** (Hanifah Fauziyah)

Editor: Dani Saputra

Tags

Terkini

Terpopuler