Begini Sejarah Tradisi Kupatan di Trenggalek yang Sudah Berlangsung 300 Tahun

- 15 April 2024, 14:00 WIB
Begini Sejarah Tradisi Kupatan di Trenggalek yang Sudah Berlangsung 300 Tahun
Begini Sejarah Tradisi Kupatan di Trenggalek yang Sudah Berlangsung 300 Tahun /Dinas Kebudayaan Trenggalek/

TrenggalekPedia - Di tengah gemerlapnya tradisi lebaran di Indonesia, terdapat sebuah tradisi yang khas dan berusia lebih dari tiga abad yang dikenal sebagai Kupatan.

Tradisi ini diawali dan diwariskan oleh Mbah Mesir atau Kyai Abdul Masir, seorang tokoh agama yang keturunannya kini mengelola Pondok Pesantren Babul Ulum di Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.

Awalnya, tradisi Kupatan hanya digelar di lingkungan Pondok Pesantren sebagai perayaan lebaran setelah enam hari Puasa Syawal usai Idul Fitri.

Baca Juga: Inilah 5 Pantai Terbaik di Trenggalek yang Cocok Dikunjungi saat Lebaran 2024

Namun, ketenaran Kupatan semakin meluas hingga Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, merencanakan untuk memasukkannya ke dalam agenda kalender wisata daerah.

Tradisi Kupatan menjadi semakin populer dan diikuti oleh masyarakat luas, terutama karena adanya acara kirab tumpeng yang menarik minat banyak orang. Diharapkan, masyarakat dapat terus menjaga dan melestarikan tradisi Kupatan ini.

"Tradisi Kupatan telah menjadi magnet bagi masyarakat Trenggalek dan luar daerah. Saya berharap agar tradisi Kupatan dapat kita jaga dan lestarikan bersama. Kami juga akan memasukkannya dalam agenda kalender wisata," ungkap Bupati Trenggalek dikutip dari Kominfo Trenggalek.

Baca Juga: Inilah 5 Pantai Terbaik di Trenggalek yang Cocok Dikunjungi saat Lebaran 2024

Perayaan Lebaran Ketupat atau Kupatan di Trenggalek selalu berlangsung meriah. Ribuan warga dari berbagai daerah berbondong-bondong menuju Kecamatan Durenan untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara dan tokoh agama.

Tradisi ini sudah berlangsung selama lebih dari 300 tahun. Kiai Fattah Mu'in, pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan, menceritakan bahwa tradisi Kupatan bermula dari kebiasaan kakeknya, Kiai Abdul Masir atau Mbah Mesir.

Mbah Mesir selalu menjalankan ibadah puasa sunah Syawal selama enam hari, mulai tanggal 2 hingga 6 Syawal.

Baca Juga: Cegah Macet Lebaran, Polres Trenggalek Rekayasa Lalu Lintas di Simpang Empat Bendorejo

Tradisi itu kemudian dilanjutkan oleh anak Mbah Mesir, Kiai Mahyin, dan kemudian diteruskan oleh Kiai Fattah Mu'in serta para cucunya. Hingga saat ini, tradisi Kupatan di Durenan telah berlangsung selama lebih dari 300 tahun.

Tradisi silaturahmi pada Lebaran Ketupat masih tetap berjalan hingga saat ini. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika saat Kupatan, suasana Kecamatan Durenan, Trenggalek, dipadati oleh ribuan warga dari dalam dan luar kota.

Perayaan Kupatan tersebut tidak dipengaruhi oleh seremonial tambahan. Bahkan tanpa hiburan, tradisi Kupatan tetap berjalan dengan penuh keceriaan.

Salah satu hal menarik adalah pada momen Kupatan, setiap rumah menyediakan hidangan ketupat sayur dengan beragam lauk pauk. Salah satu sayuran khas pendamping ketupat adalah sayur tewel atau nangka muda.***

Editor: Dani Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah