Usaha Supporter Mengembalikan Sepak Bola sebagai Hiburan Masyarakat Menengah Kebawah

- 16 Februari 2021, 21:27 WIB
Supporter mendukung klub kebanggaannya
Supporter mendukung klub kebanggaannya /WWW.PSSI.ORG

TRENGGALEKEDIA.COM - Sepakbola sebagai olahraga yang paling popular, dengan sekitar 3,5 miliar pengemar di muka bumi ini, nampaknya juga tak luput dari mata kapitalisme untuk masuk.

Pengusaha-pengusaha kaya di luar negeri seperti Rohman Abramivuch dan Syekh Mansour adalah contoh pengusaha yang telah sukses menguasai klub sepak bola besar dunia. Keduanya telah menyulap Chelsea dan Manchester City menjadi sebuah klub sepak bola hebat yang dipenuhi pemain bintang.

Di Indonesia kita bisa melihat Erick Thohir atau Ahmad Bakrie dengan PT bakrie grubnya  yang hampir menguasai sebagian saham klub-klub Liga 1 Indonesia. Industri sepak bola yang kian berkembang itu membuat komersialisasi  sepak bola kian terjadi di banyak lini.

Baca Juga: Longsor Nganjuk: 3 Jenazah Ditemukan Hari ini, Petugas Perkirakan Masih Ada 7 Korban yang Masih Hilang

Baca Juga: Rumor China Mendukung Kudeta Myanmar, Duta Besar Chen Hai Katakan Hal itu Benar-benar Tidak Masuk Akal

Menurut Bambang, selaku supporter Persepon Ponorogo mengatakan bahwa di Ingiris adalah wujud perlawanan pendukung garis keras Manchester United melakukan gerakan perlawanan yang hebat.

"Dari mereka kita bisa belajar, ketika saham klub mereka mayoritas dikuasai Malcom Glazer (pada tahun 2005) kelompok garis keras ini geram lalu melakukan protes yang berkepanjangan. Pemilik modal yang melakukan kebijakan menaikan tiket dengan harga yang tinggi dan menyuruh soporter cukup duduk manis menonon pertandingan telah mengubah pengalaman menonton supporter dalam menikmati sepak bola.

Baca Juga: Segera Cek, Daftar Harga Mobil Jika Insentif Pajak 0 Persen Berlaku

"Pada perkembanganya protes mereka tak hanya sekadar disuarakan di atas tribun, lebih dari itu mereka terus melakukan gerakan yang diwujudkan dalam bentuk nyata, mereka membuat klub baru bernama F.C United of Manchester ( FCUM) sebagai ketidaksepakatnya terhadap sistem yang terjadi di klub Manchester United," ujarnya

Bagi supporter garis keras Mancesther United menyerahkan kebijakan klub kepada pemilik modal adalah tindakan yang salah dalam sepak bola. Dengan begitu, nantinya supporter hanya akan dianggap konsumen yang akan eksploitasi, tentu itu bukan yang diharapkan sopporter garis keras MU maupun suporter di seluruh dunia.

"Kini F.C Manchester of United telah menjadi klub sepak bola yang mandiri, saham klub di miliki oleh supporter dengan sistem kepemilikan bersama, semua angota memiliki suara yang sama dalam menentukan arah kebijakan klub. Suara satu anggota merupakan bagian fundamental, ini seperti sebuah komunitas yang dibentuk untuk menjalankan roda management sebuah klub sepak bola," imbuh Bambang.

Baca Juga: Rencana Turnamen Pra Musim, Begini Tanggapan Manajemen Persik Kediri

Kini F.C Manchester of United telah menjelma menjadi klub semi profesional dan telah memiliki stadion sendiri. Mereka mengembalikan sepak bola kepada kelas menegah kebawah, mengembalikan sepak bola sebagai hiburan bagi semua golongan. Mereka mengratiskan penonton dengan tidak menarik biaya tiket pertandingannya. Sebuah klub ideal  itu kini telah berdiri kokoh, bertahan dengan idiealisme yang mereka impikan.

Sementara menurut salah satu supporter Indonesia yang tidak ingin disebutkan namanya menganggap bahwa hadirnya kedua belah pihak antara pemilik modal dan konsumen (supporter) terlihat menimbulkan simbiosis-mutualisme.

"Namun pada kenyataanya para pemilik modal justru hanya sewenang-wenang dengan mengatur segalanya, kapitalisme telah menghilangkan ghiroh awal lahirnya sepak bola.

"Suporter sejatinya merupakan roh dari sepak bola justru hanya diangap sebagai konsumen belaka, supporter hanya dimanfaatkan fanatismenya guna mendapat untung sebanyak-banyaknya bagi pemlik modal. Fanatisme supporter itu kini hanya berbuah menjadi peraturan-peraturan yang hanya menutup ruang gerak supporter dalam mendukung tim kebanggaanya," ujarnya.

Baca Juga: Longsor Nganjuk, 9 Orang Meninggal dan 16 Luka-Luka

Sepakbola merupakan permainan rakyat yang telah membawa nilai-nilai sosial dan solidaritas kini kian berkembang menjadi industri. Sepak bola mampu menarik modal dan menghasilkan triliyunan dolar yang dimiliki segelintir orang saja.***

Editor: Rendi Mahendra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah