Kisah Anjing Pelacak yang Bantu Temukan Seluruh Korban Longsor di Ngetos, Nganjuk

- 22 Februari 2021, 15:56 WIB
Anjing pelacak berjenis Doberman seperti yang digunakan TIM SAR dalam evakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Selopuro, Ngetos, Nganjuk/
Anjing pelacak berjenis Doberman seperti yang digunakan TIM SAR dalam evakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Selopuro, Ngetos, Nganjuk/ /Ihtar/Pixabay

TRENGGALEKPEDIA.COM - Dibalik kelancaran evakuasi korban longsor di Dusun Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, ternyata ada beberapa Anjing pelacak yang sangat berkontribusi dalam mempercepat penemuan korban.

Tidak ada 7 hari dari rencana awal, seluruh korban longsor yang hilang dapat ditemukan oleh tim gabungan Basarnas, BPBD Kabupaten Nganjuk, TNI dan Polri, hingga relawan berhasil menemukan seluruh korban.

Seluruh tenaga memang dicurahkan untuk pencarian korban. Namun, di sinilah pentingnya bantuan dari anjing pelacak.

Baca Juga: Hamil Itu Menyenangkan: Pentingnya Berfikir Positif bagi Ibu dan Janin

Baca Juga: Ikatan Cinta 22 Februari 2021: Elsa Dirundung Masalah Bertubi, Dicerai Nino hingga Terancam Dipenjara

Polri sebelumnya telah menurunkan anjing pelacak untuk membantu mencari korban.

Namun, Basarnas juga mengontak SAR Dog Jatim mempercepat pencarian selama tujuh hari, sehingga diharapkan sebelum itu semua korban bisa ditemukan.

Kemampuan Khusus Anjing Pelacak

General Manager Search and Rescue (SAR) Dog Jatim Gagah Surya Pamukti datang ke Nganjuk dengan rekannya membawa dua ekor anjing, yakni Krooz, jenis Doberman.

Baca Juga: Episode Perdana 'Vincenzo' Dapat 8,7 Persen Rating Pononton, Song Joong-ki: Saya Bisa Begadang

Tak hanya itu, ada lagi anjing Achilez, jenis GSD Working Line.

Keduanya dibawa karena punya spesialisasi berbeda. Satunya mampu mengendus korban masih hidup hanya dari dari bau yang dikeluarkan seperti keringat, CO2, bau kulit, bahkan detak jantung. Satunya lagi mampu mengendus bau mayat.

Anjing itu sengaja dilatih sejak kecil, umur empat bulan agar mampu mencari korban di berbagai medan sulit.

Baca Juga: Kematian Akibat Covid-19 di Amerika Serikat Hampir 500.000 Orang

Gagah menyebut pencarian korban dengan bantuan anjing pelacak masih sangat jarang. Terlebih lagi di Jatim.

Awalnya, belum ada komunitas atau regu SAR yang membidangi hal tersebut, sehingga SAR Dog didirikan.

Anjing-anjing itu dibawa ke lokasi bencana lalu akan menuntun handler (pengasuh) ke titik sesuai yang diendus oleh indra penciumannya.

Baca Juga: 7 Kejahatan pada Diri Sendiri yang Jarang Diketahui Orang

Melatih Anjing Pelacak Bukanlah Perkara Mudah

Melatih anjing pelacak bukan perkara yang mudah. Tutu Puji Widodo yang merupakan Komandan Regu SAR Dog Jatim menyebutkan latihan rutin dilakukan setiap hari.

Anjing dilatih melewati rintangan. Di alam, rintangan beragam misalnya besi, kawat, yang bisa menghambat pencarian.

"Jika tidak terbiasa otomatis dia (anjing) akan terganggu. Itu dibiasakan, ketangkasan, lompat, masuk terowongan. Jadi, latihannya tidak hanya pencarian," kata dia, Kamis, 18 Februari 2021, sebagaimana dikutip dari laman Antara Jatim.

Baca Juga: Hollywood akan Remake Film 'Train to Busan', Libatkan Sutradara Indonesia

Ajing pelacak juga mempunyai jadwal latihan rutin setiap pagi satu kali.

Tak hanya itu, makanan dan vitamin para anjing pelacak itu juga diperhatikan.

Anjing pelacak dilatih untuk tidak makan sembarangan. Terlebih lagi di lokasi bencana.

Saking menjaganya, setiap kali ada panggilan kemanusiaan membantu mencari para korban, urusan makan, minum pun selalu dibawakan bekal dari rumah.

Baca Juga: Pemerintah akan Umumkan Lowongan CPNS 2021, Ini Formasi dan Syaratnya!

Pencarian korban dilakukan dalam rentang waktu 20 menit. Setelahnya, anjing harus istirahat lebih dari satu jam.

Jika dipaksakan, anjing bisa sakit. Tentu imbasnya, menjadi tidak optimal membantu pencarian.

Bagi Puji Widodo, memastikan kesehatan anjing yang dilatihnya sangat penting. Untuk itu, perawatan juga diperlukan.

Baca Juga: Krisis Air Bersih di NTT, Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Komitmen Berikan Solusi

Proses pencarian korban tanah longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, tidaklah mulus. Salah satu kendalanya adalah faktor cuaca dan guyuran hujan.

Awal Kejadian dan Proses Evakuasi Korban Longsor

Bencana tanah longsor terjadi pada Minggu, 14 Februari 2021 malam hari, usai diguyur hujan sedang hingga lebat sejak sore hari.

Banyak warga yang memilih tinggal di dalam rumah setelah hujan seharian melanda Kabupaten Nganjuk, termasuk di areal perbukitan di daerah itu.

Baca Juga: Kembali Memanas, China Ketahuan Membangun Pangkalan Militer Besar-besaran di Laut Natuna Utara

Area di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Nganjuk memang terletak di areal perbukitan yang memang rawan.

Setidaknya terdapat 10 rumah rusak tertimpa reruntuhan tanah dari bukit setinggi 50 meter di belakang rumah mereka.

Bencana alam itu mengakibatkan 21 orang dinyatakan hilang dari 186 orang penduduk setempat.

Baca Juga: Israel Danai Vaksin Covid-19 untuk Suriah Sebagai Rasa Simpatik Pertukaran Tahanan Warga Sipilnya

Sejak tanah longsor menimpa, korban berhasil ditemukan hingga hari keenam pencarian pada Jumat, 19 Februari 2021.

Dari 21 orang korban, dua orang di antaranya selamat sedangkan sisanya meninggal dunia.

Titik temuan korban bencana tanah longsor di Nganjuk tidak langsung dibuat satu titik, melainkan dibentuk dengan tiga sisi atau segitiga.

Baca Juga: Banjir Jakarta, Jadwal Perjalanan KA di Daop 7 Madiun Terganggu hingga Dibatalkan

Hal itu karena dimungkinkan korban tertimpa bangunan, sehingga menghalangi fokus pencarian dari anjing.

Namun, titik itu pun juga tidak mengecewakan. Nyatanya, setelah proses pendeteksian oleh anjing pelacak yang kemudian ditindaklanjuti petugas, terbukti titik-titik tersebut benar adanya dan akhirnya para korban dapat ditemukan.

Korban terakhir ditemukan setelah enam hari pencarian adalah seorang laki-laki, diidentifikasi bernama Darimun (80).

Baca Juga: Napak Tilas 72 Tahun Kematian Tan Malaka di Kediri

Darimun ditemukan meninggal dunia di sektor A pada Jumat, pukul 08.46 WIB.

Kapolres Nganjuk AKBP Harviadhi Agung Pratama yang juga di lokasi posko utama di Kantor Kecamatan Ngetos, mengatakan berdasarkan standar operasional prosedur (SOP), apabila semua korban terdata sudah berhasil ditemukan, proses evakuasi dihentikan.

Sementara tanggap darurat bencana selama 14 hari akan tetap dilanjutkan, karena perlu dilakukan penanganan pengungsi.

Baca Juga: Resmi, Harga Cryptocurency Naik Tajam Efek Elon Musk Borong Bitcoin

Tugas pencarian para korban sudah berhasil. Saat ini, menunggu tindak lanjut Pemkab Nganjuk untuk merelokasi korban yang masih mengungsi.

Meski tak ada yang menginginkan bencana seperti tanah longsor di Ngetos, Nganjuk ini, Gagah meneguhkan komitmen untuk membantu sesama, mencari para korban dengan bantuan anjing pelacak di komunitasnya, dan misi itu adalah misi kemanusiaan.***

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: ANTARA Jatim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x