Apa Itu Lebaran Ketupat? Berikut Sejarah dan Filosofi Ketupat Saat Idul Fitri

- 29 April 2022, 11:29 WIB
Ilustrasi ketupat Idul Fitri.
Ilustrasi ketupat Idul Fitri. / Pixabay

Saat menyebarkan Islam ke pedalaman, Walisongo melangsungkan pendekatan budaya agraris, tempat unsur keramat dan berkah sangatlah penting untuk melanggengkan kehidupan.

Di sinilah pentingnya akulturasi. Raden Mas Syahid, anggota Walisongo yang terkenal dengan panggilan Sunan Kalijaga, kemudian memasukkan dan memperkenalkan ketupat.

Simbol yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat, dalam perayaan lebaran ketupat, perayaan yang dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal atau biasanya seminggu setelah hari raya Idul Fitri dan enam hari berpuasa Syawal.

Lebaran ketupat sendiri diambil dari adanya tradisi pemujaan Dewi Sri. Dewi Sri atau dikenal dengan dewi pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, serta kekayaan dan kemakmuran.

Yang merupakan dewi terpenting dan tertinggi bagi masyarakat agraris. Ia dimuliakan sejak ni pada masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan Pajajaran.

Dalam proses itu terjadi demitologisasi dan desakralisasi. Dewi Sri tidak lagi dipuja sebagai dewa padi atau dewi kesuburan, namun hanya dijadikan sebagai lambang yang direpresentasikan dalam bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada Tuhan.

Dewi Sri tetap dimuliakan dan dihormati oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Beberapa keraton di Indonesia, seperti Ubud, Surakarta Cirebon, dan Yogyakarta tetap melestarikan tradisi ini.

Contohnya dalam upacara selametan atau syukuran atas panen di Jawa, biasa disebut Grebeg Mulud atau Sekaten yang juga berbarengan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dalam upacara ritual seperti itu, ketupat menjadi bagian dari sesajian. Hal yang sama juga terjadi dalam upacara adat di Bali.

Baca Juga: Mengenal Dakwah Islam: Pengertian, Cara dan Praktek Berdakwah Sehari-hari

Halaman:

Editor: Dani Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x