Pelajaran dari Buku Berani Tidak Disukai, Sebuah Fenomena untuk Membebaskan Diri

- 10 Juni 2022, 13:39 WIB
Ilustrasi. Pelajaran dari Buku Berani Tidak Disukai, Sebuah Fenomena untuk Membebaskan Diri
Ilustrasi. Pelajaran dari Buku Berani Tidak Disukai, Sebuah Fenomena untuk Membebaskan Diri /Pixabay

FILSUF: Benar. Itu tidak penting

PEMUDA: Kau pasti bercanda! Memangnya ada filosof yang merekomendasikan perilaku yang tidak berbakti terhadap orang tua?

FILSUF: Yang bisa kaulakukan sehubungan dengan hidupmi sendiri adalah memilih jalan terbaik yang kauyakini. Di pihak lain, ukuran seperti apa yang dikenakan orang lain pada pilihan tersebut? Itu adalah tugas mereka, dan bukan hal yang dapat kauubah.

Baca Juga: Definisi, Sejarah dan Tokoh Hermeneutika: Dari Schleiermacher hingga Derrida

FILSUF: Benar bahwa orang sering mendengar orang tua zaman ang menggunakan frasa, "Ini untuk kebaikanmu sendiri". Tapi mereka jelas melakukannya untuk memenuhi tujuan mereka sendiri, yang bisa berarti muka mereka di mata masyarakat, mereka, atau hasrat mereka untuk mengontrol, misalnya. Dengan kata lain, ini bukanlah "untuk kebaikanmu sendiri", tapi tak kebaikan orang tua. Dan karena si anak merasakan siasat inilah dia memberontak

FILSUF: Saat menerima pujian menjadi tujuan utama seseorang dia sedang memilih cara hidup yang sejalan dengan sistem nila orang lain. Memandang hidupmu hingga saat ini, bukankah kas sudah lelah berupaya memenuhi ekspektasi orang tuamu?

Masih membahas contoh hubungan orang tua dan anak. Bukan berarti kita harus selalu mengikuti dan nurut-nurut aja.

Tapi, ada cara-cara baik yang bisa dilakukan untuk meyakinkan orang tua bahwa 'jalan' dan cita-cita kita 'menjanjikan'.

Yang pasti tidak dengan cara ekstrem langsung pergi gitu aja, atau cara-cara yang membuat orang tua sedih (udah gitu si filsuf bilang tidak masalah meskipun membuat orang tua sedih).

Perlu diingat, Ridha Tuhan tergantung Ridha Orang tua.

Halaman:

Editor: Dani Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah