Tahu Lontong Mbah Marno Kuliner Khas Blitar yang Dirindukan Pelanggannya

29 Maret 2024, 12:00 WIB
Tahu Lontong Mbah Marno Kuliner Khas Blitar yang Dirindukan Pelanggannya /@devechocolate/Instagram

 

TRENGGALEKPDIA.COM - Tahu Lontong Mbah Marno, sebuah ikon kuliner yang tidak hanya lezat, tetapi juga mengusik selera dengan aroma dan kenangan masa lalu.

Setiap sore, tepat pukul 16.45 WIB, langit di sekitar rombong Mbah Marno mulai mengeluarkan asap tipis dari anglo kayu yang digunakan untuk menggoreng tahu.

Meski begitu, layanan kepada para pembeli baru dimulai pukul 17.00 WIB secara tepat waktu. Kedisiplinan adalah ciri khas Mbah Marno, sang penjual yang legendaris ini.

Sebelum gerai dibuka, antrean pembeli sudah mulai membentuk barisan panjang yang melintasi halaman hingga ke Jalan Kenari.

Lokasi berjualan tahu lontong Mbah Marno yang terletak di depan SMPN 2 Kota Blitar telah menjadi titik perhentian wajib bagi siapa pun yang mengunjungi kota ini.

Baca Juga: Berdiri Sejak 1950-an, Lodeh Tahu Depot Bu Saeroen di Kota Malang Ini Jadi Langganan Para Pejabat

Tak heran jika pada libur panjang akhir pekan, deretan mobil dengan plat luar kota terlihat berjejer di sekitar lokasi.

Suasana semakin ramai menjelang pukul 19.00 WIB, ketika aroma harum dari tahu lontong yang baru saja matang menguar di udara.

Yosep Sumarno, sosok di balik kelezatan tahu lontong Mbah Marno, dengan gigih mempertahankan keaslian dari dagangannya.

Dari proses memasak lontong berjam-jam hingga bumbu khas tahu lontong yang telah menjadi ciri khasnya.

Setiap hidangan ditaburi dengan parutan kelapa rempah atau gebing, menambahkan sentuhan gurih yang memikat.

Irisan acar timun pun ditambahkan untuk memberikan kesegaran pada sajian tahu lontong yang lezat ini.

Baca Juga: INFO CUAN! Raih Saldo DANA Rp4.200.000 Gratis dari Google Survei Berhadiah

Di usianya yang sudah 76 tahun, Marno Sumarno adalah generasi keempat yang meneruskan tradisi berjualan tahu lontong di Jalan Kenari Kota Blitar.

Dia mulai menggantikan peran ibunya dalam berjualan sekitar tahun 1990. Namun, cerita berjualan tahu lontong dalam keluarga mereka sudah dimulai sejak zaman Belanda, ketika buyut Marno Sumarno menjajakan tahu lontong dengan gerobak pikulnya.

Marno mengingat masa-masa sulit ketika era Soeharto, di mana para pedagang dioprak-oprak dan dipindahkan dari tempat berjualan mereka. Ibunya bahkan pernah menangis histeris karena penghasilan mereka hancur.

Untungnya, seorang tetangga melihat kesulitan mereka dan menawarkan tempat berjualan di pekarangan depan rumahnya yang luas, tepat di depan SMPN 2 Kota Blitar.

Sejak saat itu, Mbah Marno dan keluarganya telah menetap di lokasi tersebut, menyajikan tahu lontong kepada para penggemar setia.

Baca Juga: Ini Keunikan Wedang Ronde Petruk Tulungagung, Berdiri Sejak 1955, Jadi Langganan Para Pejabat

Meskipun jumlah pembeli semakin bertambah setiap harinya, Mbah Marno tidak pernah tergoda oleh keserakahan. Dia tetap mempertahankan jumlah hidangan yang disediakan, dengan memasak sekitar 60 porsi tahu lontong setiap hari.

Menurutnya, kunci kesuksesan bukanlah semata-mata pada jumlah penjualan, tetapi juga pada kesetiaan terhadap cita rasa klasik dan otentik yang telah menjadi ciri khas tahu lontong Mbah Marno.

Dengan harga Rp 8.000 per porsi, para pembeli dapat menikmati tahu lontong yang lezat ini, dengan opsi tambahan nasi dan bumbu khas.

Setiap hari, Mbah Marno menggunakan sekitar 2 kilogram beras untuk nasi, 2 kilogram beras untuk lontong, dan 50 buah tahu untuk digoreng, memastikan bahwa setiap hidangan disajikan dengan kesegaran dan kualitas terbaik.

Tahu Lontong Mbah Marno bukan sekadar sebuah gerai makanan, tetapi juga sebuah warisan kuliner yang telah melintasi generasi demi generasi.

Dengan setiap gigitan, kita tidak hanya merasakan cita rasa yang lezat, tetapi juga menyelami sejarah dan kenangan yang terkandung di dalamnya. Sebuah perjalanan rasa yang tak terlupakan, hanya di kota Blitar.***

Editor: Dani Saputra

Tags

Terkini

Terpopuler