Misteri Cikar Mbah Gleyor, Artefak Kereta Kuno Peninggalan Bupati Kediri

- 15 Februari 2021, 20:12 WIB
Mbah Gleyor kereta kuno yang berada di Desa Kandat Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, Tepatnya di Jl Glinding RT.03/RW03, depan Mushola Nurul Huda.
Mbah Gleyor kereta kuno yang berada di Desa Kandat Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, Tepatnya di Jl Glinding RT.03/RW03, depan Mushola Nurul Huda. /TRENGGALEK.COM/Muhammad Ariffudin

TRENGGALEKPEDIA.COM – Jejak-jejak sejarah Kediri masih belum banyak diketahui masyarakat umum. Salah satuny artefak kereta kuno yang berada di Desa Kandat Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, Tepatnya di Jl Glinding RT.03/RW03, depan Mushola Nurul Huda.

Kereta Kuno yang dipercaya merupakan peninggalan Bupati Kediri masyarakat setempat menyebutnya Mbah Gleyor. Mbah Gleyor diperkiraan dibuat antara periode (1825 – 1860).

Kekunoan kereta ini bakal langsung terasa saat masuk ke dalam halaman Mushola. Berada dibawah cungkup dan dipagari pilar-pilar besi. Bentuknya unik menyerupai perahu tapi memiliki 2 roda. Sudah terhitung hampir 2 abad, kereta ini masih kokoh berdiri. Meski ada beberapa bagian yang gompal karena rapuh, seperti bagian roda dan atap.

Baca Juga: Marak Aksi Minta Pulsa dan Uang di Kediri Pakai Nama Kades

Baca Juga: Edarkan Sabu di Kediri, Warga Surabaya Dicokok

Masyarakat sekitar menyebutnya Cikar Mbah Gleyor, bahkan plakat nama Mushola Nurul Huda di bawahnya tertulis “Mbah Gleyor”. Menurut Agus (45), cerita kereta kuno yang tersusun dari kayu jati ini dulunya banyak didatangi oleh orang-orang, bahkan sampai ada yang menginap disini. Biasanya orang yang mempunyai hajad atau keinginan.

“Tapi sekarang sudah jarang ditemui sejak dibangun mushola ini” ungkapnya

Hal itu memang wajar jika melihat cerita yang beredar di masyarakat. Konon kereta ini digunakan Bupati Kediri. Sesepuh di lingkungan Mushola Nurul Huda mengatakan,”Cikar Mbah Gleyor itu adalah kereta yang ditumpangi Joyo Hadiningrat” ujar Kasirun (88), di rumahnya, Sabtu, 13/6/2020.

Masih menurut Kasirun, Mbah Matal kuncen yang membantu memindahkan kereta dari tempat aslinya ke tempat yang sekarang. Kuncen pertama sebelum Mbah Matal adalah Mbah Nala, dia sopir kereta sang adipati yang makamnya juga di Desa Kandat.

"Dulu wilayah ini adalah hutan, dan Mbah Nala adalah orang yang kali pertama babad alas. Dia pula yang member nama desa ini dengan nama "Kandeg" (berhenti). Toponomi pemberian nama ini berdasarkan berhentinya kereta sang Adipati. Lambat laun nama Kandeg ini menjadi Kandat, sebuah nama desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri," tambahnya.

Menurut penuturan kakeknya saat beliau kecil, adapati (bupati) Joyo Hadiningrat beserta keluarganya untuk lari dari kejaran tentara Belanda. Saat di wilayah Desa Kandat, kereta berhasil dicegat oleh pihak Belanda. Sedangkan kereta yang ditarik oleh banteng itu pergi jauh meninggalkan sang bupati yang dibawa oleh tentara Belanda.

“Kereta itu akhirnya berhenti di wilayah Kandat setelah terlepas dari tarikan banteng tersebut. Banteng penarik kereta tersebut kelelahan kemudian mati di daerah Purworejo, Kecamatan Kandat yang dikenal punden watu banteng (Punden Pasar Gondang, sekarang)”ujar Agus.

Untuk diketahui bahwa artefak yang berada di Punden Pasar Gondang, Purworejo, Kecamatan Kandat telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat kabupaten. Sedangkan Cikar Mbah Gleyor ini belum ditetapkan sebagai cagar budaya.

Menurut Eko Priyatno, Sejarawan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, mengatakan bahwa untuk bisa ditetapkan sebagai cagar budaya.membutuhkan kajian mendalam pada artefak kereta kuno tersebut.

Menurutnya secara logika sederhana, cikar itu bukan utk angkutan orang, melainkan mengangkut barang. “Jadi apa ada kemungkinan seorang bupati naik cikar? Mengingat pada masa tsb sdh ada kendaraan lain yg khusus utk mengangkut orang (ex. Dokar dan Kreta)” imbuh Eko.

Menurutnya, kajian ilmiah mandiri diluar mitos atau legenda yang telah beredar di masyarakat perlu dilakukan, tapi pihaknya tetap menghargai legenda di masyarakat sana.

Selain itu Ketua Komunitas Pelestari Sejarah - Budaya Kadhiri, Novi Bahrul Munib menngatakan, untuk mengetahui siapakah bupati Kediri yang dimaksud dalam legenda Cikar Mbah Gleyor perlu kajian lebih lanjut. Merujuk plakat daftar nama-nama bupati Kediri yang ada di Pendopo Kabupaten Kediri, ada hal yang perlu dibenahi.

“Penyebutan tahun menjabat bupati banyak yang keliru, penyebutan nama juga ndak lengkap. Seharusnya dilengkapi nama gelar saat sang bupati memerintah” terang Novi.

Misteri Cikar Mbah Gleyor masih menjadi legenda yang belum terungkap. Cerita tutur dan bukti sejarah itu kini hanya menjadi cerita dan tidak banyak yang tau apa dibalik makna kereta sang bupati.***

Editor: Samsul Abidin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x