Puncak Gunung Jaya Wijaya Diprediksi Akan Kehilangan Mahkota Saljunya di Tahun 2025, Cek Faktanya

- 4 Juli 2022, 16:30 WIB
Puncak Jawa Wijaya akan kehilangan salju abadi
Puncak Jawa Wijaya akan kehilangan salju abadi /Antaranews

TRENGGALEKPEDIA.COM - Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang mempunyai salju. Puncak Jaya Wijaya inilah yang memiliki salju, dan satu-satunya negara tropis bersalju.

Salju yang berada pada puncak pegunungan Jaya Wijaya dianggap sebagai salju abadi atau Carstensz Pyramid.

Pegunangan ini terletak di Papua yang membentang hingga Papua Nugini di Pulau Irian. Pegunungan ini memiliko tinggi 4.884 mdpl. Pegunungan ini membuat para peneliti tertarik, karena lokasinya yang berada di iklim tropis, namun memiliki salju.

Baca Juga: Khasiat Tak Terduga Buah Stroberi Ternyata Bisa Hilangkan Kanker, Ini Kandungan di Dalamnya

Ternyata adanya salju pada puncak Jaya Wijaya ini terjadi karena temperatur puncaknya sangat dingin. Bahkan, temperaturnya akan turun 1 derajat disetiap 100 meternya.

Maka, jika tinggi gunung tersebut 4.884 mdpl, maka temperatur suhu yang ada di puncak hingga mencapai minus 49 derajat celcius dari temperatur permukaan air laut. Hal itulah yang menyebabkan puncak Jaya Wijaya diselimuti salju abadi.

Puncak Jaya Wijaya ini menjadi andalan oleh para pendaki. Namun konon, jika ingin mendaki ke gununh Jaya Wijaya harus mengumpulkan biaya besar terlebih dahulu. Perjalanan menuju lokasi gunung ini bisa ditempuh dengan transportasi udara.

Keunikan lainnya selain salju adalah adanya fosil hewan laut yang ada pada puncak Jaya Wijaya, seperti fosil kerang di puncak Cartenz. Hal ini desebabkan karena dulunya gunung ini merupakan dasar lautan.

Kemudian bersamaan dengan terpisahnya tanah Papua dengan Australia, tanah tersebut naik ke atas dan terdorong oleh lempeng bumi. Peristiwa alam ini telah terjadi jutaan tahun yang lalu

Namun sangat disayangkan bahwa saat ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa salju yang berada pada puncak Jaya Wijaya telah meleleh. Berkurangnya salju abadi tersebut diakibatkan oleh pemanasan global.

Jelas hal ini akan menghilangkan salah satu identitas Indonesia dan Papua, yaitu puncak bersalju. Selain itu, bahaya lainnya yang akan timbul adalah peningkatan tinggi muka air laut, yang disebabkan oleh lelehan es yang berada pada puncak Jaya Wijaya.

Budaya masyarakat sekitar pegunungan Jaya Wijaya pun akan berubah, hal tersebut terjadi karena mereka menganggap bahwa salju yang ada di puncak Jaya Wijaya merupakan salju abadi, dan disakralkan.

Secara umum, proses mencairnya es di dunia terjadi pada tahun 1850 saat awal revolusi industri. Pada saat itu, es yang berada pada puncak Jaya Wijaya diestimasi sekitar 20 km2.

Kemudian, dalam 20 tahun terakhir luas es di pegunungan Jaya Wijaya terus mengalami penipisan.

Pemanasan global merupakan faktor utama penyebab lelehnya es yang berada pada puncak Jaya Wijaya. Akan tetapi, dampak lanjutan dari pencairan es juga mempercepat laji penyusutan.

Suhu di puncak meningkat, maka hujan yang dulunya turun sebagai salju, kini berubah menjadi air.

Mencairnya es juga membuat batuan disekitar es semakin meluas dan berwarna gelap. Permukaan batuan ini kemudian menyerap panas lebih banyak sehingga mencairkan es dari bagian samping dan bawah.

BMKG telah memprediksi bahwa kondisi salju abadi yang berada pada puncak Jaya Wijaya, Kabupaten Yahukimo, Papua akan menghilang pada tahun 2025 mendatang.

Kalkulasi tersebut berdasarkan pengamatan penyusutan pada gletser di tengah meningkatnya suhu global.

Pada tahun 2020 ketebalan es puncak Jaya Wijaya mencapai 31,49 meter, dan saat ini hanya 1 persen dari puncak area Jaya Wijaya hang memiliki luas 200 kilo meter persegi, atau saat ini lapisan es yang ada hanya 2 kilo meter persegi saja.***

Editor: Rendi Mahendra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x