Kecap diproduksi sendiri dengan menggunakan 10 kilogram gula yang diperbarui setiap dua hari sekali. Sedangkan daging ayam, yang merupakan bahan utama soto, diolah secara manual setiap hari.
Keunikan lain dari warung ini adalah foto-foto aktivitas SBY dan keluarganya yang terpampang di dinding, memberikan legitimasi tersendiri bagi kelezatan soto Bu Sugiyati.
Tak heran jika nama warung ini secara perlahan berubah menjadi "warung (soto) SBY" dalam ingatan kolektif masyarakat.
Meskipun terkenal dengan sotonya, warung Bu Sugiyati juga menyajikan hidangan lain seperti kikil, lodeh tempe, kari ayam, tumis tempe, ayam goreng, dan aneka jajanan dengan cita rasa yang pas dan khas.
Warung yang awalnya hanya menyediakan lodeh dan ayam ini berkembang menjadi salah satu ikon kuliner Pacitan berkat inovasi dan ketekunan Sugiyati.
Sugiyati sendiri mengakui bahwa awalnya sotonya tidak langsung mendapat sambutan hangat dari pelanggan.
Namun, dengan kerja keras dan ketekunan, dia berhasil mempertahankan dan mengembangkan usahanya hingga menjadi salah satu warung makan legendaris di Pacitan.
Dengan cita rasa yang autentik dan nuansa kesederhanaan yang menghiasi setiap sudutnya, Warung Makan Bu Sugiyati tetap menjadi destinasi favorit bagi pecinta kuliner yang menginginkan pengalaman gastronomi yang tak terlupakan di Kabupaten Pacitan.***