TRENGGALEKPEDIA.COM - Isa Wahyu Prastantyo, yang lebih dikenal sebagai Isa Bajaj dari Trio Bajaj, telah lama absen dari layar kaca televisi.
Namun, kini dia membuat kejutan dengan kembali ke akar rumputnya di Magetan, Jawa Timur.
Di tengah keindahan Kota Magetan, mantan pemeran utama sinetron Para Pencari Tuhan membuka Warung Eropa, atau lebih dikenal sebagai Warung Es Karo Pangan Magetan.
Lokasinya strategis, berada di Jalan Semeru No.2 Dusun Magetan, dekat dengan pusta kota Alun-alun Magetan.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Richard, warung kuliner milik Isa terlihat bersih dan nyaman.
Warung ini menyajikan beragam hidangan tradisional seperti Nasi Tempong Iwak Kali, Dadar, Lele, Bebek, Ayam, serta minuman segar.
Salah satu menu andalannya adalah Bakmi Karet Ayam Gino, yang menjadi favorit para pengunjung.
Meski dinamai Warung Eropa, hidangan yang disajikan bukanlah makanan khas Eropa, melainkan makanan tradisional khas Banyuwangi.
Setiap hidangan disajikan dengan lauk pauk, lalapan, dan sambal khas, menghadirkan cita rasa khas Nusantara.
Warung Es Karo Pangan Magetan buka setiap hari mulai pukul 12.00 hingga 20.00 WIB.
Isa Bajaj memulai usaha ini hampir satu tahun yang lalu, setelah kembali ke kampung halamannya untuk merawat ibunya yang membutuhkan perawatan khusus
Isa juga memberikan insight tentang perjalanan Trio Bajaj. Meskipun kini mereka tampil secara individual, mereka tetap terikat oleh komitmen pada manajemen Trio Bajaj.
Meskipun sudah hampir tiga tahun absen dari televisi sejak tahun 2020, mereka tetap mempertahankan identitas mereka sebagai Trio Bajaj.
Isa Bajaj dan kawan-kawannya, Melky dan Aden, memulai perjalanan mereka lewat audisi pelawak TPI pada tahun 2005.
Mereka kemudian meraih ketenaran melalui sinetron "Para Pencari Tuhan" (2007 – 2016). Meski kini mereka lebih jarang muncul di layar kaca, Trio Bajaj tetap dikenang oleh penggemar setianya.
Dengan memilih tinggal di Magetan dan membuka Warung Eropa, Isa Bajaj tidak hanya memberikan kontribusi pada kuliner lokal, tetapi juga menunjukkan kesetiaannya pada akar budayanya.***