Suasana sederhana inilah yang menarik minat para pelanggan, yang seringkali antre sebelum warung dibuka pada pukul 04.00 hingga 09.00 pagi setiap harinya.
Mbah Tekluk, sang pemilik warung yang legendaris, telah berpulang pada tahun 2019 di usia 95 tahun. Kini, warung ini dikelola oleh Riana, cucunya, yang mewarisi semangat dan kehangatan warung tersebut.
Di warung Kopi Mbah Tekluk, suasana ramai dan hangat terasa. Para pelanggan biasa duduk di depan sang penjual atau menggunakan dingklik di trotoar karena keterbatasan tempat.
Mereka tidak hanya menikmati kopi, tetapi juga jajanan seperti jadah bakar, tempe bakar, tahu bakar, dan nasi kucing.
Namun, yang paling diminati adalah jadah bakar yang disajikan hangat setelah dibakar menggunakan tungku arang.
Dengan harga yang terjangkau, kopi di Warung Kopi Mbah Tekluk hanya dijual seharga Rp 3.000 per cangkir, sementara jajanan rata-rata dijual seharga seribu rupiah.
Warung Kopi Mbah Tekluk bukan hanya tempat untuk menikmati kopi, tetapi juga merupakan bagian dari sejarah dan kehidupan sosial masyarakat Ponorogo.
Warung ini menghadirkan kehangatan suasana dan cita rasa kopi yang tak tertandingi, warung ini terus mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi di Ponorogo.***