Misteri Cikar Mbah Gleyor, Artefak Kereta Kuno Peninggalan Bupati Kediri

- 15 Februari 2021, 20:12 WIB
Mbah Gleyor kereta kuno yang berada di Desa Kandat Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, Tepatnya di Jl Glinding RT.03/RW03, depan Mushola Nurul Huda.
Mbah Gleyor kereta kuno yang berada di Desa Kandat Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, Tepatnya di Jl Glinding RT.03/RW03, depan Mushola Nurul Huda. /TRENGGALEK.COM/Muhammad Ariffudin

"Dulu wilayah ini adalah hutan, dan Mbah Nala adalah orang yang kali pertama babad alas. Dia pula yang member nama desa ini dengan nama "Kandeg" (berhenti). Toponomi pemberian nama ini berdasarkan berhentinya kereta sang Adipati. Lambat laun nama Kandeg ini menjadi Kandat, sebuah nama desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri," tambahnya.

Menurut penuturan kakeknya saat beliau kecil, adapati (bupati) Joyo Hadiningrat beserta keluarganya untuk lari dari kejaran tentara Belanda. Saat di wilayah Desa Kandat, kereta berhasil dicegat oleh pihak Belanda. Sedangkan kereta yang ditarik oleh banteng itu pergi jauh meninggalkan sang bupati yang dibawa oleh tentara Belanda.

“Kereta itu akhirnya berhenti di wilayah Kandat setelah terlepas dari tarikan banteng tersebut. Banteng penarik kereta tersebut kelelahan kemudian mati di daerah Purworejo, Kecamatan Kandat yang dikenal punden watu banteng (Punden Pasar Gondang, sekarang)”ujar Agus.

Untuk diketahui bahwa artefak yang berada di Punden Pasar Gondang, Purworejo, Kecamatan Kandat telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat kabupaten. Sedangkan Cikar Mbah Gleyor ini belum ditetapkan sebagai cagar budaya.

Menurut Eko Priyatno, Sejarawan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, mengatakan bahwa untuk bisa ditetapkan sebagai cagar budaya.membutuhkan kajian mendalam pada artefak kereta kuno tersebut.

Menurutnya secara logika sederhana, cikar itu bukan utk angkutan orang, melainkan mengangkut barang. “Jadi apa ada kemungkinan seorang bupati naik cikar? Mengingat pada masa tsb sdh ada kendaraan lain yg khusus utk mengangkut orang (ex. Dokar dan Kreta)” imbuh Eko.

Menurutnya, kajian ilmiah mandiri diluar mitos atau legenda yang telah beredar di masyarakat perlu dilakukan, tapi pihaknya tetap menghargai legenda di masyarakat sana.

Selain itu Ketua Komunitas Pelestari Sejarah - Budaya Kadhiri, Novi Bahrul Munib menngatakan, untuk mengetahui siapakah bupati Kediri yang dimaksud dalam legenda Cikar Mbah Gleyor perlu kajian lebih lanjut. Merujuk plakat daftar nama-nama bupati Kediri yang ada di Pendopo Kabupaten Kediri, ada hal yang perlu dibenahi.

“Penyebutan tahun menjabat bupati banyak yang keliru, penyebutan nama juga ndak lengkap. Seharusnya dilengkapi nama gelar saat sang bupati memerintah” terang Novi.

Misteri Cikar Mbah Gleyor masih menjadi legenda yang belum terungkap. Cerita tutur dan bukti sejarah itu kini hanya menjadi cerita dan tidak banyak yang tau apa dibalik makna kereta sang bupati.***

Halaman:

Editor: Samsul Abidin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x