Bisa Diusir, Warung Kopi Legendaris di Nganjuk Ini Punya Aturan Unik

3 Maret 2024, 17:30 WIB
Bisa Diusir, Warung Kopi Legendaris di Nganjuk Ini Punya Aturan Unik //YouTube/ Kang Fatih/

TRENGGALEKPDIA.COM - Kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup banyak orang, tak terkecuali bagi warga Kota Angin atau Nganjuk, Jawa Timur.

Di antara hiruk-pikuk warung kopi di sana, terdapat satu tempat yang memancarkan aura legendaris dan cita rasa yang tak terlupakan: Warkop Mbah Tin.

Terletak di Desa Nglawak, Kecamatan Kertosono, Warkop Mbah Tin menawarkan pengalaman ngopi yang tak hanya tentang secangkir kopi, tetapi juga tentang warisan dan tradisi.

Baca Juga: Warung Kopi Legendaris Mbah Tekluk Ponorogo, Berdiri Sejak 1950, Jadi Langganan Para Pejabat

Di gang kecilnya, Warkop Mbah Tin tak pernah sepi dari pengunjung, mereka datang dari berbagai penjuru, bukan hanya dari Kertosono, tetapi juga dari Tanjunganom, Baron, Ngronggot, Lengkong, hingga Jatikalen.

Yang membuat Warkop Mbah Tin istimewa bukanlah sekadar kopi yang dijual, melainkan kualitas dan dedikasi dalam setiap sajian.

Dibandingkan dengan warung kopi lainnya, rasanya sungguh mantap, hal ini tak lepas dari penggunaan kayu bakar oleh Mak Siti, sang pemilik, dalam merebus air—sebuah tradisi yang dipertahankan sejak zaman Mbah Tin.

Baca Juga: Inilah Warung Kopi Legendaris di Kediri, Berdiri Sejak 1977, Buka hingga Larut Malam dan Nyaman Buat Nongkrong

Meskipun Mbah Tin telah berpulang pada tahun 2018, Mak Siti tetap mempertahankan kualitas dan cara penyajian kopi.

Setiap hari, mereka menggiling biji kopi segar untuk setiap sajian, menolak untuk menyimpan stok kopi siap pakai.

Tungku dengan kayu bakar dinyalakan mulai pukul 06.00 hingga pukul 16.00, memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang silih berganti.

Baca Juga: Paling Rekomen! Ini 5 Tempat Nongkrong di Ponorogo Paling Ramai, Bukan Warung Kopi dan Kafe, Tapi Ini

Kayu bakar yang digunakan untuk tungku berasal dari Lengkong, dengan dua karung kayu bakar habis digunakan setiap harinya.

Dedikasi dalam menjaga tradisi dan kualitas kopi menjadi kunci keberhasilan Warkop Mbah Tin bertahan dalam persaingan warung kopi di Kota Angin.

Namun, di tengah kelezatan kopi yang ditawarkan, terdapat satu aturan tak tertulis yang harus dipatuhi: wanita tidak diizinkan untuk ngopi di sini.

Baik itu pacar maupun istri, kehadiran wanita tak diperbolehkan. Hal ini merupakan prinsip yang dipegang teguh oleh Mbah Tin sebagai pendiri warung tersebut.

Baca Juga: Link Video Salatiga 35.30 Detik di Warung Kopi Viral di TikTok, Benarkah Anak SMK Salatiga?

Mbah Tin tak ingin warungnya menjadi tempat bagi hubungan asmara. Ia khawatir hal itu akan mengganggu suasana dan memicu masalah.

Oleh karena itu, hanya pengunjung pria yang diterima di Warkop Mbah Tin.

Meskipun aturan ini terkesan ketat, hal itu tidak menyurutkan minat para pelanggan untuk menikmati kopi di sana.

Mereka datang dengan pemahaman bahwa kehadiran mereka adalah untuk menikmati kopi, bukan untuk mencari pasangan.

Baca Juga: Sudah Ada Sejak Penjajahan Belanda, Warung di Mojokerto Ini Habiskan 40 Kg Beras dalam Sehari

Namun, jika ada pengunjung yang tidak menyadari aturan tersebut dan membawa teman, pacar, atau istri, Mbah Tin atau Mak Siti akan dengan tegas menegurnya, bahkan menyuruhkan untuk pulang.

Warkop Mbah Tin bukan sekadar tempat untuk minum kopi, tetapi juga tempat yang memelihara tradisi dan warisan budaya.

Dari rasa kopi yang khas hingga aturan tak tertulis yang dijunjung tinggi, setiap kunjungan ke sana adalah perjalanan untuk merasakan kelezatan dan memahami nilai-nilai yang dijunjung oleh Mbah Tin dan Mak Siti.***

Editor: Dani Saputra

Tags

Terkini

Terpopuler